Jumat 01 Oct 2021 23:36 WIB

Qatar Minta Taliban Contoh Doha Urus Pendidikan Perempuan

Taliban diminta mencontoh Qatar dalam menjalankan sistem Islam termasuk pendidikan

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Anak-anak perempuan berjalan ke atas saat mereka memasuki sekolah sebelum kelas di Kabul, Afghanistan, Ahad (12/9).
Foto: AP/Felipe Dana
Anak-anak perempuan berjalan ke atas saat mereka memasuki sekolah sebelum kelas di Kabul, Afghanistan, Ahad (12/9).

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA - Qatar mengutarakan kekecewaannya terhadap langkah baru Taliban dalam mengatur pendidikan untuk anak-anak perempuan di Afghanistan. Taliban diminta mencontoh Qatar dalam menjalankan sistem Islam termasuk langkah memberikan pendidikan pada anak-anak perempuan.

Menteri Luar Negeri Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani menyebut, langkah Taliban melarang pendidikan anak perempuan adalah sangat mundur bagi peradaban Islam. Dia meminta Taliban mengizinkan siswa sekolah menengah perempuan Afghanistan melanjutkan studi mereka.

Baca Juga

"Tindakan baru-baru ini yang sayangnya kita lihat di Afghanistan, sangat mengecewakan melihat beberapa langkah mundur," katanya dalam konferensi pers bersama Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell di Doha seperti dikutip laman Aljazirah, Jumat (1/10).

Doha telah menjadi perantara utama di Afghanistan setelah penarikan pasukan Amerika Serikat (AS) bulan lalu. Negara itu juga turut membantu mengevakuasi ribuan orang asing dan Afghanistan yang melibatkan penguasa baru Taliban serta mendukung operasi di bandara Kabul.

"Kami perlu terus melibatkan dan mendesak mereka untuk tidak mengambil tindakan seperti itu. Kami juga telah mencoba menunjukkan kepada Taliban bagaimana negara-negara Muslim dapat menjalankan hukum mereka, bagaimana mereka dapat menangani masalah-masalah perempuan," kata Sheikh Mohammed.

"Salah satu contohnya, Qatar yang merupakan negara Muslim. Sistem kami adalah sistem Islam [tetapi] kami memiliki jumlah perempuan melebihi laki-laki dalam angkatan kerja, pemerintahan, dan pendidikan tinggi," terangnya.

Taliban dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia dalam beberapa pekan terakhir, termasuk secara terbuka mengikat mayat empat orang yang diduga penculik pada crane di Herat pekan lalu. Menampilkan tersangka penculikan yang tewas adalah hukuman publik paling kontroversial sejak Taliban berkuasa belum lama ini.

Langkah ini dilihat sebagai tanda Taliban bakal kembali mengadopsi langkah-langkah menakutkan yang serupa dengan aturan mereka periode 1996-2001. Taliban mengikuti interpretasi hukum Islam sangat ketat yang memisahkan laki-laki dan perempuan dan juga memangkas akses perempuan untuk bekerja.

Sudah hampir dua pekan sejak anak perempuan dilarang pergi ke sekolah menengah. Demonstrasi terisolasi yang dipimpin oleh perempuan telah pecah di seluruh Afghanistan dalam beberapa hari terakhir.

Sheikh Mohammed meminta Taliban mempertahankan dan melestarikan keuntungan yang dibuat dalam beberapa tahun terakhir. Dia juga memperingatkan komunitas internasional dan negara-negara sahabat untuk tidak mengisolasi Afghanistan.

Sementara, Borrell menggemakan diplomat top Qatar itu. Dia menyebut beberapa hal yang telah terjadi di Afghanistan baru-baru ini cukup mengecewakan.

"Mari berharap kita dapat mengatur untuk mengorientasikan kembali Pemerintah Afghanistan," katanya. Dia juga berharap, Qatar dapat menggunakan pengaruh kuatnya pada Taliban untuk mendorong kelompok itu meningkatkan perlakuannya terhadap warga sipil.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement