Sabtu 02 Oct 2021 05:03 WIB

Pancasila Di Tengah Kepungan Ideologi Komunis yang Seksi

Komunisme sudahh berubah tampilan sanggupkah Pancasila menghadapi?

Rakkay Guntur pembubaran PKI pada 1965.
Foto: perpunas
Rakkay Guntur pembubaran PKI pada 1965.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: KH dr Anwar Abbas, Wakil Ketua Umum MUI dan Ketua PP Muhammadiyah.

Komunisme  adalah sebuah ideologi baik ideologi dalam bidang politik maupun dalam bidang ekonomi. Tapi kalau hari ini ideologi komunisme tersebut tampak lebih menonjol  dalam bidang politik di mana kekuasaan  dipusatkan dan terpusat pada salah satu partai saja seperti Partai Komunis China (PKC). Di sana segala hal yang menyangkut kehidupan politik diatur dan dikendalikan oleh segelintir orang saja yang duduk dalam elit atau politbiro partai.

Tapi dalam bidang ekonomi, China memang sudah  meliberalisasikan dirinya dengan mengakui kepemilikan dan hak-hak pribadi serta memberikan kebebasan yang cukup luas kepada para pelaku pasar untuk bersaing. Alhasil, di China saat ini sangat  banyak bermunculan orang2 kaya baru seperti jackma dll. Tetapi sudah mucul berbagai orang kaya. Dan kekayaan mereka pun diakui dan dilindungi  oleh negara padahal komunisme itu berazaskan pada jargon: Sama Rata dan Sama Rata.  

Namun, meski banyak yang sudah warga China yang kaya raya, jangan sekali-kali mereka  mencoba untuk  melakukan hal-hal yang terkesan  menentang kebijakan pemerintah. Dan kalau mereka nekad melakukannya maka dia secara politik  bersiko menghadapi persoalan sangat besar.

 

Jadi dengan demikian sebenarnya  idiologi komunisme dalam bidang ekonomi itu sampai kini masih dan nyata di China. Sebab, di sana pemerintah secara makro ekonomi masih memainkan peranan yang sangat dominan di dalam menentukan arah dan warna terhadap pasar dan para pelakunya.

Memang, dengan komunisme gaya baru ini China tampak sangat berhasil dalam membuat dunia terpesona. Ini karena China telah berhasil menjadikan dirinya ----dari perspektif PDB-- menjadi salah satu dari dua raksasa ekonomi dunia di samping Amerika Serikat.

Hal tersebut tentu saja telah membuat  idiologi komunisme sekarang ini  menjadi sebuah idiologi yang seksi. Apalagi bila melihat dan membandingkan dengan bagaimana bobroknya praktik dari idiologi liberalisme kapitalisme serta ketidak mampuannya memberi harapan bagi terciptanya keadilan dan pemerataan ekonomi.

Tetapi meskipun demikian kita sebagai bangsa jelas tetap tidak bisa menerima kehadiran idiologi komunisme di negeri. Mengapa?  Ini karena kita sebagai bangsa sudah punya ideologi sendiri yang disebut dengan ideologi Pancasila di mana sila pertamanya adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, yaitu sebuah sila yang sangat dibenci dan dimusuhi oleh idiologi komunisme. Sila ini memang sangat dibenci kaum komunisme karena mereka melihat agama itu adalah sebagai candu yang memang enak untuk dinikmati, tapi dalam jangka waktu tertentu kata mereka dia akan merontokkan tubuh dari orang yang menghisap dan mengkonsumsinya.

Jadi, yang namanya  idiologi komunisme  akan tetap melihat agama itu tidak baik dan akan merusak masyarakat dan  rakyat luas.  Oleh karena itu mereka telah menjadikan agama sebagai musuh terbesar bagi idiologi mereka.

Pandangan-pandangan  seperti ini sekarang di negeri kita juga  sudah banyak menyebar, diterima, dan tertanam di kalangan rakyat. Tidak hanya di kalangan rakyat miskin tapi juga di kelompok orang-orang kaya dan terdidik. Kenyataan seperti ini tentu jelas sangat kita sayangkan karena hal ini jelas amat berbahaya. Ujung akhirnya nanti jelas hanya akan mengancam persatuan dan kesatuan kita sebagai bangsa.

Bahkan pun kalau seandainya faham ini terus berkembang dan tidak terkendalikan, maka tidak mustahil eksistensi bangsa ini akan terancam. Untuk itu mereka telah berusaha untuk merebut kekuasaan dan simpati melalui cara-cara yang konstitusional atau semi konstitusional. Dan, bila mereka sudah menganggap dirinya benar-benar siap maka mereka akan hadir dalam kekuatan politik dan ekonominya. Mereka tentu saja akan terus berusaha untuk mencengkramkan tangan dan kakinya semakin lebih kuat lagi.

Untuk itu, mereka tentu saja tidak akan segan-segan memberi dukungan kepada komunis internasional melakukan tindakan-tindakan repressif dan membungkam serta memasung demokrasi yang ada hari ini di negeri ini. Bila ini yang terjadi maka tentu suatu hal yang sangat menyedihkan. Nasib kita sebagai umat beragama terutama umat Islam jelas akan sangat mengenaskan. Ini karena yang menjadi musuh utama bagi komunisme tentu  adalah agama yang tidak hanya mengatur hubungan antara manusia  dengan Tuhan, tapi juga  mengatur kehidupan publik.

Dan agama yang seperti itu tentu adalah jelas agama Islam. Ini karena banyak agama di dunia ini seperti kita ketahui  hanya mengurusi masalah hubungan antara manusia dengan Tuhan saja, sementara masalah di luar itu menurut mereka menjadi tanggung jawab negara atau pemerintah (sekulerisme).

Jadi idiologi komunisme yang harus kita waspadai ini adalah sebuah idiologi yang kini telah melakukan metamorfisis. Kalau dahulu idiologi komunisme dengan konsep sama rata sama rasanya menjadi sebuah idiologi yang sangat ditakuti oleh para orang kaya karena jelas kekayaan mereka akan diambil dan akan disita oleh negara, namun sekarang idiologi komunisme tidak lagi akan mengancam mereka. Bahkan akan bisa membantu mereka untuk semakin besar dan membesar sehingga kita lihat idiologi komunisme hari ini tidak saja digandrungi oleh orang-prang yang miskin dan oleh elemen-elem masyarakat yang termarginalkan. Dan juga akan digandrungi juga oleh orang-orang yang terdidik serta juga oleh para konglomerat.

Komunisme masa kini malah bisa merea tunggu karena kehadiran idiologi ini membuat kekayaan dan hidup mereka tidak akan terancam asal saja mereka mau menyesuaikan diri dan beradaptasi. Dan ini tak rumit karena mereka itu hanya menyesuaikan diri dengan keinginan dan ketentuan-ketentuan dari partai saja.

Hal ini bagi anak-anak bangsa yang masih punya idealisme, jelas menjadi sebuah tantangan dan kerisauan tersendiri. Kita ingin menjadikan bangsa dan negara kita untuk menjadi negara maju. Namun kita ingin maju sesuai dengan karakteristik dan identitas kita sebagai bangsa yang menjunjung tinggi lima sila dalam Pancasila.

Pancasila jelas  kita yakini akan bisa menghantarkan kita menjadi bangsa yang terhormat. Ideologi Pancasila kita meletakkan manusia pada tempatnya semestinya sebagai hamba Tuhan dan sebagai makhluk sosial yang menghormati nilai-nilai dari ajaran agama (yang itu jelas sangat ditentang dan tidak disukai oleh idiologi komunisme).

Oleh karena itu tidak ada pilihan bagi kita kecuali satu: yaitu melawan dan mengenyahkan idiologi komunisme dari negeri ini. Kita ingin menjadikan negara kita menjadi negara maju tapi dengan disinari oleh sila-sila yang ada dalam pancasila yang sudah merupakan keyakinan dan kepercayaan kita sebagai bangsa.

Semoga cita-cita kita untuk itu bisa tercapai dan  mendapat ridho dari Tuhan Yang Maha Esa. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement