Jumat 01 Oct 2021 20:07 WIB

Cuaca Ekstrem di Pariaman Telan 8 Korban Jiwa

Cuaca ekstrem di Padang Pariaman picu bencana hidrometeorologi

Rep: Rr Laeny Sulistyawati / Red: Nashih Nashrullah
Cuaca ekstrem di Padang Pariaman picu bencana hidrometeorologi. Cuaca angin kencang. (ilustrasi)
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Cuaca ekstrem di Padang Pariaman picu bencana hidrometeorologi. Cuaca angin kencang. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Delapan orang dilaporkan meninggal dunia akibat cuaca ekstrem yang terjadi sejak Rabu (29/9), pukul 16.00 WIB di Kabupaten Pariaman, Sumatra Barat. 

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Padang Pariaman melaporkan cuaca ekstrem mengakibatkan beberapa bencana hidrometeorologi di antaranya angin kencang, banjir bandang, dan tanah longsor di wilayahnya.   

Baca Juga

"Data sementara Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Kabupaten Padang Pariaman pada Kamis (30/9), sebanyak tujuh orang meninggal dunia akibat tertimbun material longsor, satu orang meninggal lainnya akibat tertimpa pohon yang tumbang," ujar Plt Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Abdul Muhari, seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Jumat (1/10).

Dia menambahkan, terdapat sembilan titik longsor dengan pusat longsor yang memakan korban berada di Korong Tanah Taban, Nagari Pasie Laweh, Kecamatan Lubuak Alung. 

BNPB terus mengimbau pemerintah daerah maupun masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan pada potensi bencana hidrometeorologi. Caranya dengan memantau prakiraan cuaca pada laman BMKG dan potensi bencana pada inaRISK, mempersiapkan rencana kesiapsiagaan dan mitigasi vegetasi pada daerah rawan longsor, menjaga kebersihan daerah saluran air dan pemotongan bagian pohon yang mudah patah secara berkala, mempersiapkan lokasi evakuasi serta melakukan simulasi secara rutin untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menghadapi potensi bencana.

Sementara itu, operator Pusdalops BPBD Kabupaten Padang Pariaman Yuan menambahkan, lima orang lainnya mengalami luka-luka, sementara 280 kk terdampak banjir. 

Selanjutnya sebanyak 338 unit rumah warga terendam banjir yang diakibatkan hujan dengan intensitas tinggi, 12 unit rumah rusak berat, 30 kendaraan bermotor rusak, lebih kurang 80 hektar lahan pertanian terendam. "Dikabarkan tingga muka air saat kejadian berkisar antara 75-200 cm," katanya.

BPBD juga melaporkan beberapa pohon tumbang menimpa badan jalan provinsi sehingga akses lalu lintas dari Bandara Internasional Minangkabau ke Pariaman dan sebaliknya sempat terganggu. 

Kendati demikian, dia menyebutkan kondisi terkini jalan sudah bisa dilewati kembali. Pihaknya mencatat terdapat 10 Kecamatan yang terdampak fenomena cuaca ekstrem tersebut yaitu Kecamatan Batang Anai, Kecamatan Ulakan Tapakih, Kecamatan Lubuak Aluang, Kecamatan 2x11 Kayu Tanam, Kecamatan Sintuak Loboh Gadang, Kecamatan Singai Limai, Kecamatan V Koto,  Kecamatan VII Koto Patamuan, Kecamatan Anam Lingkuang, dan Kecamatan IV Koto Aua Malintang.

Meskipun curah hujan saat ini sudah berkurang, BPBD bersama organisasi terkait setempat mengaku tetap waspada akan adanya potensi bencana susulan. 

Pihaknya terus melakukan monitoring perkembangan cuaca untuk mempersiapkan tindakan pencegahan atau penanggulangan apabila ada potensi bencana susulan. "BPBD juga telah memperikan peringatan dini cuaca kepada masyarakat setempat," ujarnya.

Menurut prakiraan cuaca BMKG, Provinsi Sumatra Barat, berpotensi mengalami hujan lebat disertai kilat dan angin kencang selama tiga hari mulai dari Kamis (30/9) hingga Sabtu (2/10).  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement