Kamis 30 Sep 2021 19:48 WIB

Bisnis Rotan di Aceh tidak Kena Dampak Pandemi

Permintaan barang baku rotan malah meningkat.

Pengusaha rotan di Aceh mengaku bisnisnya tidak mengalami dampak akibat pandemi Covid-19 (ilustrasi).
Foto: ANTARA/SYIFA YULINNAS
Pengusaha rotan di Aceh mengaku bisnisnya tidak mengalami dampak akibat pandemi Covid-19 (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Pengusaha rotan di Aceh mengaku bisnisnya tidak mengalami dampak akibat pandemi Covid-19. Bisnis rotan di sana tetap berjalan normal seperti sebelum virus corona melanda Indonesia.

"Selama pandemi ini tidak berkurang produksi, malah lebih banyak. Saya sebagai pengusaha rotan masih terima bahan baku berapapun dibawa," kata Direktur PT First Asia Trading Company, Muliadi, di Banda Aceh, Kamis (30/9).

Muliadi mengatakan, produksi rotan di Aceh tidak berkurang akibat pandemi Covid-19, apalagi selama ini permintaan bahan baku rotan tersebut juga terus meningkat. "Permintaan barang baku rotan malah meningkat, kami kirim ke Cirebon itu rata-rata lima sampai enam ton per bulan," ujarnya.

Muliadi mengatakan, perusahaannya selama ini membeli bahan baku rotan dari dua daerah di Aceh yakni Kabupaten Simeulue dan Aceh Besar, kemudian dikirimkan ke tempat produksi di Cirebon Jawa Barat. Bahan baku rotan yang dibeli dari Simeulue melalui pengumpul itu Rp 15.500 per batang. Sedangkan dari Aceh Besar dibeli dengan harga Rp 14.000 per kilogram, tergantung jenisnya.

Dia menyebut, produksi rotan biasa berkurang saat adanya musim panen komoditas lain di daerah penghasil. Seperti di Simeulue, rotan berkurang datang masa panen cengkeh, hal itu karena para pencari bertani.

"Kalau di Aceh Besar terjadi kekurangan rotan ketika musim tanam padi, karena mereka harus ke sawah," kata Muliadi.

Dia mengatakan, perusahaan yang menampung rotan mereka di Cirebon tersebut selama ini tidak menjual hasil industrinya ke dalam negeri, melainkan ekspor ke Eropa, Afrika hingga ke Amerika. "Ekspornya itu 80 persen ke Eropa, selebihnya ke Asia, Afrika sampai Amerika," ujar Muliadi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement