Kamis 30 Sep 2021 10:31 WIB

Pengawasan di Sekolah Selama PTM Kota Bogor Harus Siap

Jika ada gejala sekecil apapun, informasikan ke sekolah agar dilakukan tracing.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Bilal Ramadhan
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin COVID-19 kepada pelajar SMP saat vaksinasi massal di Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (19/7).
Foto: ANTARA/Arif Firmansyah
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin COVID-19 kepada pelajar SMP saat vaksinasi massal di Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (19/7).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR — Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor akan menggelar Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di 44 SMP, pada 4 Oktober mendatang. Selama PTM dilaksanakan, tim pengawas atau surveillance diminta untuk selalu siap dan siaga.

Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto mengatakan, dilaksanakannya PTM di Kota Bogor berlandaskan pada dua aspek. Yakni angka penambahan kasus Covid-19 di Kota Bogor yang sudah sangat landai, serta protokol kesehatan dan sistem pengawasan di sekolah sudah siap.

Berdasarkan data pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor, tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) di rumah sakit rujukan Covid-19 Kota Bogor berada dj angka 6,1 persen pada awal pekan ini. Sementara, penambahan kasus Covid-19 sudah stabil di bawah angka 10.

“Padahal ketika masa PPKM sampai 700 kasus per hari angkanya. Jadi aspek pertama sudah terpenuhi, situasi sudah landai. Namun, mari kita sama-sama pastikan aspek ke-dua,” kata Bima Arya di SMPN 5 Bogor, Rabu (29/9).

Oleh karena itu, dia meminta semua daftar periksa kriteria pelaksanaan PTM untuk dijalankan semua oleh pihak sekolah. Dari mulai siswa datang hingga siswa pulang. Bima Arya pun yakin, kriteria tersebut sudah siap dilakukan oleh 44 SMP yang akan menggelar PTM pekan depan.

Baca juga : Wapres Sebut Pengentasan Kemiskinan Ekstrem Tercapai di 2024

Selain itu, sambung dia, sistem tracing dan surveillance harus lengkap semua. Dimana guru, orangtua, dan siswa semuanya memiliki kesadaran penuh untuk emergency plan.

Misalnya, kata dia, jika ada satu siswa yang bergejala seperti demam dan diare, orangtua harus melaporkan hal itu ke pihak sekolah. Bahkan, siswa tersebut tidak diperkenankan untuk berangkat sekolah terlebih dahulu. Kemudian, sekolah harus langsung melaksanakan swab test.

“Kalau kecolongan satu orang saja tidak terinfo, begitu tidah hadir kemudian tidak terdeteksi dibiarkan, bisa timbul dan meledak satu klaster. Kalo itu terjadi, ini urusannya akan panjang. Sekolah itu akan kembali ditutup dalam jangka waktu yang tidak bisa kita prediksi. Dan mungkin akan berpenharuh kepada keseluruhan,” jelasnya.

Bima Arya pun menegaskan, agar para orangtua terus memeriksa kondisi anak. Baik sebelum berangkat sekolah, hingga pulang dari sekolah. Begitu juga kepada siswa yang mendengar jika ada siswa lain yang sakit, untuk segera melapor ke sekolah.

“Begitu ada gejala sekecil apapun, diam di rumah. Sistem bekerja. Informasikan kepada sekolah, kemudian langsung dilakukan tracing. Ini aspek kedua yang saya kira harus memerlukan eksadaran kerjasama semua,” tegasnya.

Baca juga : Satgas Minta Orang Tua Pastikan PTM Anak Lancar dan Aman

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement