Rabu 29 Sep 2021 19:54 WIB

Erick Targetkan Bursa Indonesia Rajai Asia Tenggara 

Tidak banyak negara pada posisi seperti Indonesia yang mempunyai pasar besar.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Fuji Pratiwi
Menteri BUMN Erick Thohir menghadiri seremoni opening bell atau pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia dalam rangka right issue BRI di Mainhall Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (29/9).
Foto: dok. BRI
Menteri BUMN Erick Thohir menghadiri seremoni opening bell atau pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia dalam rangka right issue BRI di Mainhall Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (29/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri BUMN Erick Thohir mendorong perusahaan BUMN untuk melantai di pasar modal. Misi Erick memacu BUMN untuk go public selaras dengan target untuk menempatkan bursa Indonesia menjadi pasar modal terbesar di Asia Tenggara. 

Di saat pasar modal di sejumlah negara dunia melambat, bursa Indonesia justru mampu mencatat pertumbuhan positif. Sejak awal tahun, pasar modal Indonesia mengalami pertumbuhan 2,56 persen.  

Baca Juga

Erick optimistis dengan semakin banyaknya BUMN maupun anak usaha BUMN yang melantai di bursa akan semakin membuat pasar modal Indonesia bergeliat. "Kami mendorong banyaknya nanti korporasi BUMN untuk go public," ujar Erick saat sambutan pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (29/9). 

Erick pun menjelaskan BUMN bersinergi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk terus menggeliatkan pasar modal di Indonesia. Dalam kesempatan itu, Erick mengapresiasi langkah rights issue BRI yang dinilai istimewa. Pasalnya, ucap Erick, rights issue BRI dilakukan saat pasar tengah turbulensi akibat tekanan pandemi. Oleh karenanya, Erick menilai rights issue BRI dapat membuat kondisi market lebih bergairah.  

"Ini membuktikan kita punya pasar sangat besar sehingga pertumbuhan ekonomi akan terus berlangsung," ucap Erick

Erick menilai tidak banyak negara memiliki posisi seperti Indonesia yang mempunyai pasar besar. Erick berharap hal ini membuka pemikiran pemegang kebijakan publik bahwa pasar merupakan aset yang mahal, bukan aset sekadar diperdagangkan banyak pihak. 

"Pasar besar ini harus dipastikan untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia," kata Erick. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement