Rabu 29 Sep 2021 13:53 WIB

Indonesia Bantu Rakyat Afghanistan Bersama Negara Muslim

Bantuan akan difokuskan untuk membantu rakyat Afghanistan menangani krisis

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
Foto: Kementerian Luar Negeri RI
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.

REPUBLIKA.CO.ID,NEW YORK - Dalam berbagai pertemuan yang dihadiri di sela Sidang Majelis Umum PBB, Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi mewakili Indonesia mengangkat isu Afghanistan untuk dijadikan pembahasan. Diskusi dengan negara-negara Muslim juga dilakukan untuk mengupayakan kolaborasi membantu rakyat Afghansitan.

 

Baca Juga

"Diskusi dilakukan dengan negara-negara Muslim, dan setelah SMU PBB ini saya sudah berjanji dengan mereka dengan harapan ada satu langkah maju, dan ada satu langkah baik yang dapat kita lakukan bersama demi membantu rakyat Afghansitan," ujar Menlu Retno dalam briefing secara virtual, Rabu (29/9).

Retno mengatakan, bahwa fokus utama saat ini adalah bagaimana membantu rakyat Afghanistan menghadapi kondisi kemanusiaan dan menghadapi keterbatasan situasi atau tantangan sosial ekonomi terlebih di masa pandemi. "Jadi sekali lagi fokus isu Afghanistan adalah membantu rakyat Afghanistan menangani krisis kemanusiaannya untuk saat ini," ujarnya.

Taliban telah mengambil kekuasaan dari pemerintah Afghanistan yang didukung Barat. Misi asing di negara tersebut juga sudah ditarik sepenuhnya. Rakyat Afghanistan kini dilanda kekhawatiran dan ketidakpastian sejak Taliban berkuasa Agustus lalu. Komunitas global pun khawatir situasi kemanusiaan hingga kondisi sosial dan ekonomi di negara tersebut akan semakin memburuk sedemikian hari ke harinya.

 

Sejak Taliban berkuasa perempuan Afghanistan juga takut dan khawatir akan tatanan Islam yang diaturnya selama masa kekuasaan periode 1996-2001. Namun demikian Taliban berjanji lebih moderat dan melindungi hak-hak perempuan di negara tersebut. Meski banyak sejumlah pihak masih meragukan janji Taliban oleh karena sejumlah aturan baru yang dicetuskan, seperti hanya mendirikan sekolah untuk anak laki-laki, tidak untuk perempuan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement