Rabu 29 Sep 2021 09:43 WIB

Mahasiswa UNY Edukasi Siswa Difabel Rungu Terkait Bencana

Keterbatasan berbahasa anak difabel rungu dapat menyebabkan kesulitan akses informasi

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Fernan Rahadi
Kampus UNY.
Foto: Dokumen.
Kampus UNY.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- DIY terletak di tengah Pulau Jawa yang berhadapan zona subduksi atau pertemuan dua lempeng tektonik di bawah dasar Samudra Hindia. DIY jadi daerah rentan gempa bumi karena letusan gunung maupun gesekan dua lempeng tektonik.

Bencana alam berupa gempa bumi menimbulkan jatuhnya korban dan kerugian harta benda. Sehingga, diperlukan adanya pengetahuan tentang kesiapsiagaan bencana alam gempa bumi di kalangan masyarakat, termasuk anak berkebutuhan khusus.

Namun, dalam keseharian masih ditemukan permasalahan anak berkebutuhan khusus terkait mitigasi bencana, salah satunya disabilitas rungu. Mereka merupakan anak yang mengalami kondisi kehilangan nilai fungsionalitas pendengaran.

Keterbatasan berbahasa yang dialami anak-anak difabel rungu dapat menyebabkan kesulitan mengakses informasi, termasuk pembelajaran kesiapsiagaan gempa. Hal ini memicu kepedulian sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

Annikmah Khoirotunnisa, Nanik Pujianingsih, Megawati dan Ihsan Marvel Khoirullah dari Prodi Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan. Karenanya, mereka mencoba memberi pembelajaran kesiapsiagaan gempa bumi bagi siswa difabel rungu.

"Siswa diberi materi kesiapsiagaan bencana gempa bumi, ada simulasi dan memakai media pembelajaran asistif, sehingga bisa diakses anak difabel rungu. Dilakukan luring dengan prokes ketat di SLB Tegar Harapan Sleman," kata Anni'mah, Selasa (28/9).

Strategi pembelajaran memakai komunikasi total melalui bahasa isyarat, gestur, gerakan badan dan mulut dalam menyampaikan materi. Juga menggunakan beberapa metode dalam memberi pertanyaan ke siswa yaitu coral respond dan whip around.

Ihsan menerangkan, mereka melakukan pembelajaran mitigasi gempa bumi ke siswa berkebutuhan khusus, terutama difabel rungu. Sebab, selama ini partisipasi penyandang disabilitas masih minim dalam pendidikan pengurangan resiko bencana.

Selain itu, penyandang disabilitas tidak bisa sepenuhnya bertindak cepat dalam penyelamatan diri. Pendekatan saintifik mampu tingkatkan pemahaman soal konsep, dampak dan langkah-langkah penyelamatan diri ketika terjadi bencana gempa bumi.

Metode simulasi mitigasi gempa bumi mampu tingkatkan kesiapsiagaan anak. Siswa merespon pembelajaran yang dilakukan dengan baik karena selain diberikan materi mereka melakukan praktik tentang yang harus dilakukan bila terjadi gempa bumi.

Mulai dari melindungi kepala, jangan berlari, jangan berisik, jangan mendorong dan jangan kembali. Ihsan, berharap agar dengan pembelajaran ini peserta didik dapat menceritakan kembali apa yang harus mereka lakukan saat terjadi gempa.

"Sebagai wujud implementasikan pengetahuannya sekaligus mampu menjadi pelopor kesiapsiagaan bencana gempa bumi di rumah, sekolah atau lingkungan sekitar," kata Ihsan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement