Rabu 29 Sep 2021 00:24 WIB

Sepanjang 2021 Ada Sembilan Kasus Positif Rabies di Kalteng

Saat ini Kalteng masih merupakan daerah endemis rabies.

Seekor kucing peliharaan warga berada di kandang sebelum mendapatkan layanan vaksin rabies di Balai Karantina Pertanian, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Selasa (28/9/2021). Pemberian vaksin rabies dan sterilisasi gratis yang digelar pemda setempat tersebut dalam rangka peringatan Hari Rabies Sedunia serta sebagai upaya memberantas penyakit hewan yang bersifat zoonosis (dapat menular kepada manusia)
Foto: ANTARA/Makna Zaezar
Seekor kucing peliharaan warga berada di kandang sebelum mendapatkan layanan vaksin rabies di Balai Karantina Pertanian, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Selasa (28/9/2021). Pemberian vaksin rabies dan sterilisasi gratis yang digelar pemda setempat tersebut dalam rangka peringatan Hari Rabies Sedunia serta sebagai upaya memberantas penyakit hewan yang bersifat zoonosis (dapat menular kepada manusia)

REPUBLIKA.CO.ID, PALANGKA RAYA -- Wakil Gubernur Kalimantan Tengah Edy Pratowo menyampaikan, sepanjang 2021 dilaporkan terdapat sembilan kasus terkonfirmasi positif rabies. Temuan ini melalui pemeriksaan sampel otak anjing pada kasus gigitan hewan pembawa rabies (GHPR).

Saat ini Kalteng masih merupakan daerah endemis rabies. "Penyakit rabies merupakan penyakit hewan menular bersifat zoonosis atau dapat menular kepada manusia, serta sangat berisiko menyebabkan kematian apabila tidak cepat ditangani," kata Edy di Palangka Raya, Selasa (28/9).

Baca Juga

"Melalui vaksinasi rabies pada hewan pembawa rabies, terutama anjing, dengan cakupan minimal 70 persen di wilayah tertular akan bisa melindungi masyarakat dari ancaman rabies," katanya dalam peringatan Hari Rabies Sedunia di halaman Kantor Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan (TPHP) Kalteng.

Penularan rabies biasanya berasal dari air liur melalui gigitan dan cakaran hewan pembawa rabies (HPR) seperti anjing, kucing dan kera. Sekitar 95 persen kasus rabies pada manusia disebabkan oleh gigitan anjing dan virus rabies akan masuk ke sel saraf lalu sampai ke otak hingga menimbulkan kerusakan otak dan berakhir kematian.

 

"Kasus rabies selalu berakhir fatal saat tanda klinis sudah muncul dan lebih dari 40 persen laporan kasus GHPR terjadi pada anak-anak," katanya.

Penanggulangan penyakit rabies memerlukan pendekatan one health, yaitu kerja sama dan komitmen lintas sektor, yang terdiri atas  kesehatan manusia, kesehatan hewan dan kesehatan lingkungan. Upaya mengendalikan rabies pada hewan harus dilakukan, di antaranya melalui gerakan vaksinasi rabies massal secara berkelanjutan, pengendalian populasi HPR dan pengaturan lalu lintas HPR, serta strategi KIE yaitu komunikasi, informasi dan edukasi kepada masyarakat.

Secara khusus, dengan adanya KIE diharapkan dapat menciptakan masyarakat yang lebih bertanggungjawab dalam pemeliharaan hewan kesayangannya, peduli dengan kesehatan hewan, serta tidak dilepasliarkan. "Keberhasilan pengendalian rabies dipengaruhi banyak hal, baik keaktifan petugas, perilaku pemilik hewan hingga keberhasilan sosialisasi maupun edukasi," kata dia.

Kepala Dinas TPHP Kalteng Sunarti mengatakan, bekerja sama dengan Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Cabang Kalteng, pihaknya menggelar vaksinasi dan pemeriksaan terhadap hewan peliharaan dalam memperingati Hari Rabies Sedunia. "Vaksinasi kepada hewan peliharaan kucing, anjing maupun kera sebagai upaya pengendalian rabies di Kalteng. Saat ini kabupaten dan kota juga melaksanakan kegiatan serupa," jelasnya.

Cek Typo

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement