Selasa 28 Sep 2021 20:30 WIB

Penting, Regenerasi Petani demi Ketahanan Pangan Masa Depan

Tata niaga komoditas pertanian harus berpihak pada kepentingan petani.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Hiru Muhammad
Petani mencangkul di persawahan sekitar kawasan industri Tempuran, Magelang, Jawa Tengah, Ahad (5/9/2021). Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menyatakan perubahan alih fungsi lahan pertanian berpotensi mempengaruhi produksi pertanian dan mengancam ketahanan pangan nasional.
Foto: ANTARA/Anis Efizudin/aww.
Petani mencangkul di persawahan sekitar kawasan industri Tempuran, Magelang, Jawa Tengah, Ahad (5/9/2021). Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menyatakan perubahan alih fungsi lahan pertanian berpotensi mempengaruhi produksi pertanian dan mengancam ketahanan pangan nasional.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Ketua Majelis Syura PKS, Salim Segaf Al Jufri, meminta negara untuk melindungi petani dengan meningkatkan kesejahteraan mereka. Selain itu, Salim juga menyatakan, regenerasi petani penting untuk dilakukan karena lebih dari 60 persen petani Indonesia saat ini berusia di atas 45 tahun berdasarkan data BPS.

"Berikan akses permodalan dan insentif bagi profesi petani sehingga menarik generasi muda menjadi petani. Saat ini, regenerasi petani berjalan lambat dan berakibat pada banyaknya petani dengan usia lanjut," ujar Salim dalam siaran pers, Selasa (28/9).

Salim kemudian meminta tata niaga komoditas pertanian harus berpihak pada kepentingan petani. Menurut dia, ke depan harus ada suatu kebijakan agar harga komoditas pertanian tetap stabil sehingga petani tidak menanggung rugi, terutama saat musim panen. Dia mengatakan, jangan ada lagi impor beras ketika panen raya.

"Jangan ada lagi impor beras justru saat panen raya. Negara harus melindungi petani. Ini tanggung jawab pemerintah membantu petani sesuai amanat UU No.19/2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani," kata dia.

Lalu, Salim mengungkapkan, ketahanan pangan amat penting untuk menyambut masa depan. Dia menilai, potensi Indonesia dari sektor pertanian amat luar biasa. Apabila keberpihakan terhadap petani dijalankan dengan baik dan benar, maka Indonesia dapat menjadi negara besar.

Semua itu dia sampaikan saat melakukan panen raya di Karawang, Jawa Barat, Selasa (28/9), bersama dengan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil. Usai panen raya, Salim dan Ridwan Kamil menggelar sarasehan dengan seluruh petani di seluruh Indonesia secara daring sebagai bagian dari Peringatan Hari Tani 2021.

Pada kesempatan itu, Ridwan Kamil sepakat denfan pernyataan masa depan dunia akan bergantung pada ketahanan pangan. Di Jawa Barat sendiri, kata dia, sudah terdapat surplus produksi padi yang bahkan bisa memasok lebih dari 1 ton untuk nasional.

"Kita sudah uji coba metode baru di Jawa Barat, kalau biasanya satu hektare bisa menghasilkan 5-6 ton, dengan metode baru bisa 10-11 ton dan ini sudah berhasil di tiga kabupaten," ungkap pria yang akrab disapa Kang Emil ini.

Emil mengungkapkan, gerakan petani milenial sudah dilakukan di Jawa Barat. Ia menyuarakan slogan "Hidup di Desa, Rezeki Kota" untuk mendukung petani milenial di Jawa Barat. Menurut Emil, daerahnya sudah menggabungkan dua sektor yang pada masa pandemi Covid-19 ini terus tumbuh, yakni sektor pangan dan digital.

"Jabar sudah menggabungkan keduanya agar anak-anak muda bisa berkecimpung di dunia pertanian. Di Jabar misalnya sekarang kasih makan ikan cukup lewat handphone, mencari ikan di Pelabuhan Ratu cukup pakai aplikasi satelit. Yang biasanya 300 kg sekarang bisa 1 ton," kata Emil.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement