Senin 27 Sep 2021 17:44 WIB

Angka Kejadian Penyakit Jantung Makin Meningkat

17 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Dwi Murdaningsih
Satu tanda peringatan serangan jantung bisa muncul saat melakukan aktivitas sederhana, seperti berjalan kaki (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com.
Satu tanda peringatan serangan jantung bisa muncul saat melakukan aktivitas sederhana, seperti berjalan kaki (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyakit kardiovaskular masih menjadi ancaman dunia dan merupakan penyakit yang berperan utama sebagai penyebab kematian nomor satu di seluruh dunia. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, lebih dari 17 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah. 

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, angka kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah semakin meningkat dari tahun ke tahun. Setidaknya, 15 dari 1.000 orang atau saat ini terdapat 4,2 juta orang yang menderita penyakit kardiovaskular, dan 2.784.064 diantaranya menderita penyakit jantung. Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) melaporkan 14,4 persen sebab kematian di Indonesia adalah penyakit jantung koroner.

 

Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Isman Firdaus mengatakan, pandemi Covid-19 yang berlangsung sejak akhir 2019 menjadi kekhawatiran tersendiri bagi penderita penyakit jantung. Mengingat paparan infeksi apapun termasuk infeksi Covid-19 dapat memperburuk penyakit kardiovaskular seperti terjadinya kekambuhan penyakit jantung coroner atau gagal jantung menahun.

 

"Bahkan lebih mudah terjadi kematian pada pasien covid yang memiliki penyakit jantung dibandingkan tanpa penyakit jantung, " kata dia dalam keterangannya, Senin (27/9). 

 

Laporan rata-rata rumah sakit (RS) dimasa pandemi menunjukkan, 16,3 persen pasien yang dirawat dari ruang isolasi Covid-19 ternyata mempunyai penyakit bawaan (komorbid) atau koinsiden penyakit kardiovaskular. Pada masa sebelum pandemi dilaporkan, laju rerata mortalitas di RS akibat serangan jantung 8 persen, namun di masa pandemi, angka ini dilaporkan meningkat hingga 22-23 persen.

 

Dalam rangka memeringati Hari Jantung Sedunia pada Rabu (29/9) PERKI menyoroti pentingnya menjaga kesehatan jantung dengan bantuan inovasi dan perubahan teknologi dan digital. Inovasi digital telah membantu masyarakat yang sehat maupun yang sakit di masa pandemi untuk mendapatkan akses kesehatan dengan mudah.

 

"Layanan konsultasi secara online, edukasi kesehatan, dan pemantauan capaian aktifitas fisik dan olahraga, serta layanan antar obat-obatan ke rumah,” kata Dr Isman. 

 

Ia juga mengatakan, kemajuan teknologi informasi dan digital ini juga diikuti dengan keprihatinan PERKI akan misinformasi (hoaks) dan disinformasi mengenai kesehatan yang beredar di dunia maya, terutama terkait kesehatan jantung yang disebarluaskankan oleh media-media sosial dan hal ini perlu diluruskan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement