Senin 27 Sep 2021 11:18 WIB

Menengok Inovasi PTMT di SD Muhammadiyah Manyar Gresik

Dalam waktu bersamaan guru dapat mengajar siswa yang berada di sekolah dan di rumah

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Esthi Maharani
SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) di Kota Gresik, Jawa Timur menerapkan pembelajaran hibrid yang dinamai dengan Pointed Hybrid Learning.
Foto: SDMM
SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) di Kota Gresik, Jawa Timur menerapkan pembelajaran hibrid yang dinamai dengan Pointed Hybrid Learning.

IHRAM.CO.ID, GRESIK -- Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) yang ditetapkan pemerintah disambut antusias oleh masyarakat. Dengan memenuhi syarat yang telah ditetapkan pemerintah dengan acuan SKB 4 menteri, sekolah berupaya untuk mewujudkannya termasuk di SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) di Kota Gresik, Jawa Timur.

Kepala SDMM, Ria Pusvita Sari menyatakan, akan berusaha berinovasi untuk mengakomodasi kebutuhan yang dihadapi saat PTMT. Hal ini karena kehadiran siswa di sekolah secara langsung hanya dibatasi 50 persen dari jumlah keseluruhan siswa dalam satu kelas.

"Justru yang menjadi poin penting dalam PTMT ini adalah bagaimana agar siswa yang belajar di rumah juga mendapatkan kesempatan belajar dan berinteraksi seperti mereka yang mendapatkan giliran masuk sekolah,” kata perempuan disapa Vita ini.

Menurut Vita, prinsip memberikan kesempatan interaksi dalam pembelajaran yang sama itulah yang mendorongnya untuk menginisiasi pembelajaran hibrid. Terobosan ini memungkinkan dalam waktu bersamaan guru dapat mengajar siswa yang berada di sekolah secara langsung dan yang berada di rumah secara virtual.

Di samping itu, seluruh siswa dan guru dapat berinteraksi secara polysyncronous. Interaksi aktif simultan antara siswa dengan siswa, siswa dengan materi pembelajaran maupun siswa dengan guru ini dilakukan secara langsung di kelas dengan pola interaksi  synchronous maupun asynchronous. Sebab itu, pembelajaran hibrid yang dinamai dengan Pointed Hybrid Learning ini diharapkan dapat menjawab tantangan pembelajaran selama pandemi berlangsung.

Tantangan implementasi Pointed Hybrid Learning ini dirasakan pula oleh Reza Dwi Anistawati yang mengajar Science pada International Class Program (ICP). Dia harus berada di ‘dua alam’ dan adil dalam memberikan pembelajaran bagi siswa. Kemudian juga harus cekatan dalam menyampaikan materi dan mampu berinteraksi dengan seluruh siswa dengan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar.

"Dan kematangan materi pembelajaran serta kelengkapan alat juga harus disiapkan dengan maksimal," ucapnya.

Pada setiap pertemuan, kata dia, setidaknya harus ada satu laptop yang menjadi host pembelajaran daring. Sarana ini dikoneksikan dengan layar LCD di kelas agar siswa yang belajar daring terlihat oleh siswa di kelas. Lalu satu laptop untuk dihadapkan ke siswa di kelas dan satu gawai yang dipasang pada tripod agar dapat dipindah sesuai kebutuhan.

Selain itu, perangkat pengeras suara juga harus disiapkan agar siswa dalam kelas dapat mendengarkan suara siswa lain yang mendapat gilirian belajar secara virtual. Terakhir, agar dapat mendengar dan berbicara secara langsung dengan siswa di rumah tanpa harus mendekat pada laptop, ustazah Rere juga menyiapkan wireless headset.

Terkait dengan upaya yang dilakukan SDMM ini, Pakar Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Soeparto, menyampaikan, langkah yang diambil oleh SDMM itu berani. Tuntutan guru untuk melakukan inovasi di tengah pandemi ini telah dibuktikan oleh SDMM dengan desain yang telah dibuat. Saat sekolah lain masih banyak yang menerapkan pola interaksi pembelajaran synchronous atau asynchronous maupun kombinasi keduanya, sekolah ini telah berani menjawab tantangan PTMT dengan pola interaksi pembelajaran polysynchronous.

"Persiapan dan perencanaan yang matang itu kuncinya,” jelas pria yang pernah menjabat sebagai staf khusus Mendikbud Muhadjir Effendy tersebut dalam siaran pers.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement