Kamis 23 Sep 2021 11:32 WIB

Sempat Viral di Medsos “Abuse of Power”, Ini Pandangan UBSI

Abuse of power seharusnya dapat diatasi dengan komunikasi baik dosen dan mahasiswa

Dosen Universitas BSI (Bina Sarana Informatika) memandang abuse of power merupakan tindakan penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan oleh seorang dosen kepada mahasiswa.
Foto: Universitas Bina Sarana Informatika
Dosen Universitas BSI (Bina Sarana Informatika) memandang abuse of power merupakan tindakan penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan oleh seorang dosen kepada mahasiswa.

REPUBLIKA.CO.ID, TEGAL -- Sebagai mahluk sosial tentu manusia akan berinteraksi antara satu dengan yang lain. Namun, akhir-akhir ini ada yang menarik di dunia maya terkait dengan "Abuse of Power” (penyalahgunaan kekuasaan).  Kejadian dosen yang "Abuse of Power" terhadap mahasiswa di media sosial, berawal dari komunikasi antara dosen dengan seorang mahasiswa di group Whatsapp. Lantaran mahasiswa tersebut memberikan emoticon jempol, hingga membuat sang dosen kesal dan merasa tersinggung hingga mengakibatkan mahasiswa tersebut akhir-nya di keluarkan dari group Whatsapp.

Menanggapi hal tersebut, Rousyati selaku Dosen Universitas BSI (Bina Sarana Informatika) memandang abuse of power merupakan tindakan penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan oleh seorang dosen kepada mahasiswa.

Ia menuturkan bahwa, abuse of power merupakan tindakan yang dilakukan untuk kepentingan tertentu dan dapat mengakibatkan kerugian bagi orang lain. Penyalahgunaan kekuasaan yang dimaksud tidak hanya tentang pejabat yang melakukan tindakan korupsi, namun juga dalam hal seseorang dengan jabatan apa pun yang bertindak sesuka hati, sewenang-wenang yang bisa mengakibatkan kerugian terhadap orang lain.

Lalu katanya, menyikapi abuse of power, seharusnya dapat diatasi dengan komunikasi yang baik antara dosen dan mahasiswa. Disatu sisi, memang selain harus belajar, mahasiswa juga harus menghormati dan beretika yang baik kepada dosen. Namun, sangat disayangkan jika sampai terjadi penyalahgunaan kekuasaan oleh seorang dosen kepada mahasiswa.

“Saya yang saat ini sebagai dosen pun tidak membenarkan perilaku dosen tersebut apablia memang terjadi. Tugas mahasiswa memang harus menghormati, berperilaku sopan dan mempunyai attitude yang baik terhadap dosen. Namun hal yang dilakukan dosen tersebut salah, dosen bisa berkomunikasi dengan baik terhadap mahasiswanya. Selama saya mengajar tidak pernah menyemprot mahasiswa seperti itu. Itu sebabnya mahasiswa saya merespon dengan baik,” kata Rousyati.

Sementara itu, Shofa, mahasiswa Universitas BSI kampus Tegal memandang dosen yang abuse of power merupakan tindakan yang kurang baik dan tidak membawa manfaat sedikit pun dalam dunia pendidikan. Terlebih kondisi Covid-19, semua aktivitas belajar mengajar hanya dilakukan secara online, tentunya kemunculan dosen yang abuse of power terhadap mahasiswa hanya membuat kondisi tambah lebih rumit.

“Dosen di Universitas BSI memang luar biasa, sangat terbuka tentang materi, kesan yang diberikan membuat kita sama-sama belajar. Bahkan ada dosen, layaknya teman kami di kelas. Rasanya pembelajaran pun jadi seru. Bukan tidak mungkin juga pembelajaran jadi semakin efektif. Semoga dosen-dosen di Universitas BSI bisa mempertahankan ini semua, ditunggu hal-hal kreatif dosen Universitas BSI yang lainnya. Untuk dosen Universitas BSI ku, Say No to Dosen Abuse of Power, Dosen No Abuse of Power Power club,” Imbuhnya.

Hal serupa juga sampaikan  oleh Luthfi, mahasiswa Universitas BSI kampus Tegal lainnya, yang memandang Dosen abuse of power tidak ubah-nya seperti dosen killer. “Iya itu jadi mirip kaya dosen killer gitu, seharusnya cara bicara dan sikapnya dapat dijadiin contoh buat para mahasiswanya,” ujar Luthfi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement