Kamis 23 Sep 2021 06:39 WIB

Mahasiswi SEBI Juara 1 Kompetisi Esai  Nasional Filantropi

Esai yang ditulisnya menyoroti potensi wakaf produktif di Indonesia.

Maryam Kamila, mahasiswa STEI SEBI Depok, berhasil menjadi juara 1 kompetisi esai nasional tentang filantropi yang diadakan oleh  UIN Sunan Ampel Surabaya.
Foto: Dok STEI SEBI
Maryam Kamila, mahasiswa STEI SEBI Depok, berhasil menjadi juara 1 kompetisi esai nasional tentang filantropi yang diadakan oleh UIN Sunan Ampel Surabaya.

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Wakaf merupakan instrumen dalam ekonomi Islam yang memiliki potensi tinggi guna meningkatkan kemaslahatan umat. Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar didunia, penggunaan wakaf produktif menjadi sangat potensial dan diperhitungkan di Indonesia.

Hal ini pulalah yang memantik salah seorang mahasiswi Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI)  SEBI, Maryam Kamila untuk mengangkat potensi tersebut sebagai judul dan permasalahan dalam lomba esai yang diikutinya.

Dalam kompetisi esai nasional 2021  yang diadakan oleh UIN Sunan Ampel Surabaya yang mengangkat tema besar “Peran Filantropi Sebagai Momentum Kebangkitan Ekonomi Di Era Pandemi”, Maryam turut berkontribusi dan menjadi juara 1 dalam kompetisi. Mengambil permasalahan dan judul “Fintech Wakaf Produktif Kelautan Sebagai Solusi Pemulihan Ekonomi Dimasa Pandemi”, ia  menyatakan bahwa potensi wakaf produktif di Indonesia cukup besar.

Hal itu mengingat Indonesia juga merupakan negara maritim yang hasil lautnya juga cukup besar terutama pada hasil rumput laut. "Pengalokasian wakaf uang yang dimanfaatkan sebagai wakaf produktif, menurutnya,  sangat berpotensi bagi perekonomian dan masyarakat Indonesia," ujarnya mengutip potensi dari Badan Wakaf Indonesia (BWI) sebesar Rp 180 triliun.

Mahasiswi penerima beasiswa SDM Ekspad di STEI SEBI ini juga memberikan tips agar esai  menjadi menarik dan berpotensi besar untuk menang. Menurutnya, juri lebih menyukai essai  dengan bentuk yang berinovasi dan memiliki prototype. Serta memiliki objek yang memiliki potensi besar di Indonesia seperti UMKM, sektor kelautan, sektor pertanian, dan lainnya.

“Dan yang paling penting adalah masalah (problem)-nya itu harus jelas dan benar-benar pentig  untuk dipecahkan,” ujarnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Rabu (22/9).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement