Kamis 23 Sep 2021 03:18 WIB

BUMN Konstruksi Berpotensi Bangkit di Semester II 2021

Sebagian besar profitabilitas kontraktor akan terwujud pada semester kedua 2021.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Nidia Zuraya
Pekerja menyelesaikan pembangunan proyek infrastuktur. ilustrasi
Foto: ANTARA/Dhemas Reviyanto
Pekerja menyelesaikan pembangunan proyek infrastuktur. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Fitch Ratings Indonesia memproyeksi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dibidang konstruksi akan bangkit dalam kondisi lebih baik pada paruh kedua tahun ini. Perusahaan pelat merah yang berpotensi bangkit itu utamanya yang menggenggam kontrak baru dari pemerintah. 

"Fitch memperkirakan sebagian besar profitabilitas kontraktor dan kontrak baru akan terwujud pada semester kedua karena pemerintah biasanya mempercepat tender proyek dan pencairan anggaran terkait infrastruktur pada kuartal keempat," kata analis Fitch Rating Indonesia Ana Halim dalam risetnya seperti dikutip Republika, Rabu (22/9).

Peningkatan kontrak baru pada semester pertama dan pelonggaran pembatasan pergerakan secara bertahap akan membantu kontraktor meningkatkan arus kas mereka. Peningkatan kegiatan usaha juga akan mendukung kontraktor dalam mengurangi siklus modal kerja yang panjang.

Adapun kontrak baru berkaitan dengan pemerintah yang digenggam oleh empat kontraktor terbesar Indonesia meningkat hingga 18 persen yoy pada semester pertama tahun ini. PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) membukukan kontrak baru sebesar Rp10,5 triliun pada semester pertama, meningkat lebih dari tiga kali lipat dibandingkan jumlah tahun sebelumnya. 

Kontrak baru PT Adhi Karya Tbk (ADHI) meningkat hampir 70 persen. Sedangkan PT PP Tbk (PTPP) relatif masih sama dibandingkan periode tahun lalu. Sebaliknya, kontrak baru PT Waskita Karya Tbk (WSKT) turun 62 persen yoy pada semester pertama ini saat sedang menjalani restrukturisasi utang. Sementara kontrak baru PT Hutama Karya (HK) turun 32 persen yoy. 

WIKA, kontraktor terkait pemerintah dengan order book terbesar, mencatatkan rasio orderbook terhadap pendapatan dalam 12 bulan terakhir (LTM) naik menjadi 5,07x pada akhir semester pertama dibandingkan 3,46x pada tahun sebelumnya. Rata-rata pendapatan order book lima kontraktor terbesar terkait pemerintah adalah 3,8x pada akhir 2020.

Menurut Fitch, pemulihan sektor konstrksi ini sangat tergantung pada penanganan pandemi Covid-19. Saat ini, beberapa daerah di Indonesia telah melonggarkan pembatasan pergerakan karena kasus Covid-19 lokal telah menurun. 

"Infeksi di tempat kerja dan gangguan terkait tetap menjadi risiko operasional utama bagi kontraktor karena dapat menunda kemajuan konstruksi," kata Ana.

Untuk beberapa kontraktor terkait pemerintah, seperti WIKA dan HK, profil jatuh tempo utang yang dapat dikelola dan akses pendanaan yang solid juga dapat mengurangi risiko penurunan akibat pandemi yang berkepanjangan. Hal ini menempatkan WIKA dan HK dalam posisi yang lebih baik untuk memenangkan kontrak dan meningkatkan order book dibandingkan dengan kontraktor lain.

WIKA tidak memiliki utang jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam 12 bulan ke depan. Akses pendanaan ke perbankan dan pasar utang tetap solid karena menerbitkan obligasi domestik, termasuk sukuk, senilai Rp5 triliun pada Desember 2020 dan Maret 2021. 

Hasil dari penerbitan ini sebagian besar digunakan untuk membiayai kembali Komodo bond yang akan jatuh tempo sebesar Rp5,4 triliun dan pinjaman talangan jangka pendek pada kuartal pertama 2021. WIKA juga telah mampu melakukan roll over pinjaman bank jangka pendek yang ada.

Sementara itu, hanya 16 persen dari utang jangka panjang HK pada akhir 2020 yang akan jatuh tempo sebelum 2025. HK juga mempertahankan akses ke pasar modal. Belum lama ini HK menerbitkan obligasi dan sukuk domestik senilai Rp1,5 triliun. 

HK menerima suntikan modal sebesar Rp6,2 triliun dari pemerintah di kuartal ketiga 21, dan sedang dalam pembicaraan untuk menerima lagi Rp19 triliun di kuartal akhir 2021. Arus kas HK bergantung pada suntikan ekuitas reguler dan jaminan utang yang diterimanya dari pemerintah untuk mengembangkan proyek besar Trans Sumatera.

WIKA pun optimistis dapat pulih lebih baik pada semester kedua tahun ini. WIKA menilai penanganan pandemi yang semakin komprehensif serta vaksinasi yang semakin meluas cukup mampu membawa Indonesia keluar dari gelombang kedua Covid-19.

"Upaya ini tentunya berdampak pada mulai bergairahnya pasar konstruksi di tanah air," kata Sekretaris Perusahaan, Mahendra Vijaya. 

Pada semester pertama 2021, kontrak baru yang diperoleh WIKA mencapai Rp10,5 triliun. Pada paruh kedua ini, Perseroan masih mengikuti beberapa tender dengan target perolehan Rp25 triliun. Apabila kondisi ke depan semakin kondusif, tender bisa segera dirilis dan  bisa diperoleh maksimal pada Oktober.

Perseroan optimistis dapat mencapai target kontrak baru pascareview pada kisaran Rp35 triliun. Namun jika ekpektasi tender mengalami pergeseran waktu, Perseroan tetap merespons baik karena dapat menjadi modal order book untuk diproduksi pada 2022 mendatang.

Perseroan meyakini, sejalan dengan mulai melandainya gelombang kedua Covid-19 yang dibarengi dengan vaksinasi masif dengan cakupan yang luas guna, pasar konstruksi dalam negeri berangsur-angsur akan kembali pulih. Namun untuk pasar kontruksi internasional, Perseroan masih melihat dan menyikapinya secara selektif dan hati-hati. 

"Fenomena second wave Covid-19 yang saat ini terjadi di negera-negara tetangga dan bentuk penangannya, menjadi parameter tingkat kondusivitas suatu negara, aktivitas perekonomian, termasuk pasar konstruksinya," tutur Mahendra.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement