Rabu 22 Sep 2021 15:27 WIB

Penggunaan Booster Vaksin Covid-19 Masih Diperdebatkan

Sejauh ini, booster vaksin Covid-19 diprioritaskan bagi pengidap kelainan imunitas.

Rep: Santi Sopia/ Red: Nora Azizah
Sejauh ini, booster vaksin Covid-19 diprioritaskan bagi pengidap kelainan imunitas.
Foto: Pxhere
Sejauh ini, booster vaksin Covid-19 diprioritaskan bagi pengidap kelainan imunitas.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Beberapa laporan menunjukkan bahwa vaksin Covid-19 yang ada saat ini mungkin kurang efektif dalam mencegah infeksi varian Delta. Suntikan booster tambahan pun dianggap dapat efektif melawan varian yang menjadi dominan di beberapa negara itu

Mengikuti temuan awal itu, baik Pfizer dan Moderna telah mencari otorisasi untuk suntikan booster masing-masing dari negara-negara yang telah mengesahkan vaksin Covid-19 utama mereka. Hanya saja, penggunaan booster masih dalam perdebatan sebagian ilmuwan.

Baca Juga

Sejauh ini, Food and Drug Administration (FDA) telah mengizinkan distribusi suntikan booster ketiga dari vaksin Pfizer dan Moderna, tetapi hanya untuk mereka dengan bawaan atau penderita kelainan pada sistem kekebalan. Pasalnya, mereka berisiko lebih tinggi terinfeksi dengan varian SARS-CoV-2.

Israel juga baru-baru ini mengizinkan distribusi suntikan ketiga vaksin Pfizer, yang sekarang tersedia untuk orang di atas 50 tahun, petugas kesehatan, orang dengan faktor risiko parah untuk virus corona, tahanan dan sipir.

Sementara Inggris belum mengizinkan suntikan booster tambahan. Di dalam sebuah laporan menunjukkan telah memerintahkan jutaan dosis tambahan untuk kampanye booster vaksin Covid-19 pada musim gugur 2022.

“Kami telah mengamankan akses ke lebih dari 500 juta dosis vaksin Covid-19, dan kami yakin pasokan kami akan mendukung program booster potensial di masa depan. Program booster potensial akan didasarkan pada saran terakhir dari Komite Gabungan untuk Vaksinasi dan Imunisasi] independen,” kata Departemen Kesehatan dan Perawatan Sosial kepada The Guardian, dikutip Medical News Today, Rabu (22/9).

Sementara suntikan booster mungkin menawarkan perlindungan yang lebih baik terhadap varian baru SARS-CoV-2, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan keprihatinannya bahwa distribusi dosis vaksin ketiga yang cepat di negara-negara berpenghasilan tinggi akan semakin berkontribusi pada nasionalisme vaksin dan memperlebar kesenjangan vaksinasi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

“Saya memahami kepedulian semua pemerintah untuk melindungi rakyatnya dari varian Delta. Tetapi kami tidak dapat menerima negara-negara yang telah menggunakan sebagian besar pasokan vaksin global menggunakan lebih banyak lagi, ”kata D. Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO.

Dalam upaya untuk mencoba dan memecahkan kesenjangan yang semakin melebar ini, WHO telah meminta negara-negara berpenghasilan tinggi di garis depan pengembangan dan distribusi vaksin untuk tidak menawarkan dosis booster tambahan hingga setidaknya September 2021.

“Kami mendorong vaksin yang masuk ke negara-negara berpenghasilan tinggi dapat pergi ke negara-negara berpenghasilan rendah,” tambah Tedros menekankan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement