Rabu 22 Sep 2021 09:37 WIB

Sekjen PBB Ingatkan Ketegangan AS-China Bisa Jadi Bencana

Ketegangan AS-China bisa memicu dua setelan ekonomi dan perdagangan yang berbeda.

Antonio Guterres, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Foto: AP/Joan Monfort
Antonio Guterres, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK  -- Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres memperingatkan tentang meningkatnya ketegangan antara China dan Amerika Serikat. Ketegangan di antara kedua negara bisa menjadi bencana.

"Ini mungkin menjadi bencana. Ini akan jauh lebih sulit diprediksi daripada Perang Dingin," ujar Guterres, saat memberikan pidato di Sidang Majelis Umum PBB di New York, Amerika Serikat, Selasa (21/9).

Baca Juga

Guterres,yang akan memulai masa jabatan kedua sebagai Sekjen PBB selama lima tahun ke depan pada 1 Januari 2022 khawatir persaingan antara kedua negara adidaya tersebut akan membawa dunia menuju menuju dua setelan aturan ekonomi, perdagangan, keuangan, dan teknologi yang berbeda. Kemudian dua pendekatan yang berbeda dalam pengembangan kecerdasan buatan. "Dan pada akhirnya dua strategi militer dan geopolitik yang berbeda pula."

Hubungan China dan AS kian memanas dalam beberapa waktu terakhir, tidak hanya soal ekonomi tapi juga geopolitik. AS baru-baru ini bersama Australia dan Inggris telah membentuk aliansi Aukus di kawasan Indo-Pasifik. Kesepakatan itu menuai kecaman mengingat AS sepakat memberikan teknologi kapal selam nuklir ke Australia.

Selain soal China-AS, Guterres juga menegur dunia atas distribusi vaksin Covid-19 yang tidak adil.Ia menyebut ketidakadilan vaksin itu sebagai hal yang vulgar dan memberi dunia nilai F dalam Etika. "Ini adalah tuntutan moral dari keadaan dunia kita. Ini tidak sopan. Kita lulus dalam ujian sains, tetapi kita mendapat nilai F dalam Etika," kata Guterres pada

Berbicara dalam pertemuan tahunan para pemimpin dunia itu, Guterres mengatakan gambar-gambar dari berbagai belahan dunia tentang vaksin yang kadaluwarsa, tidak digunakan dan berakhir di tempat sampah, menunjukkan "kisah zaman kita". Ia menyoroti bagaimana mayoritas negara yang lebih kaya telah diimunisasi sedangkan lebih dari 90 persen penduduk Afrika bahkan belum menerima satu dosis pun.

Dari 5,7 miliar dosis vaksin virus Corona yang diberikan di seluruh dunia, hanya 2 persen di antaranya yang disalurkan di Afrika.Ia mendorong rencana global untuk memvaksin 70 persen populasi dunia pada paruh pertama tahun depan.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement