Rabu 22 Sep 2021 06:15 WIB

Staf Pom Bensin Dibunuh karena Minta Konsumen Pakai Masker

Pemerintah Jerman khawatir dengan radikalisasi gerakan anti-masker

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Police line
Foto: Wikipedia
Police line

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN-- Politikus Jerman terkejut atas pembunuhan seorang kasir pom bensin yang meminta konsumen untuk memakai masker. Mereka memperingatkan radikalisasi orang-orang yang menentang peraturan pembatasan sosial pandemi Covid-19.

Seorang pria berusia 49 tahun ditangkap atas penembakan mematikan di barat Kota Idar-Oberstein. Tersangka ditahan atas dugaan pembunuhan.

Baca Juga

Pihak berwenang mengatakan tersangka memberitahu polisi ia 'marah' setelah korban menolak melayaninya karena tidak memakai masker saat hendak membeli bir. "Dalam interogasi lebih lanjut ia mengatakan ia menolak kebijakan pandemi virus Corona," kata Departemen Kepolisian Kota Trier, Selasa (21/9).

Jerman menerapkan kebijakan wajib masker di dalam toko untuk menahan penyebaran virus Corona. Polisi mengatakan setelah berselisih dengan korban, tersangka meninggalkan pom bensin. Lalu kembali setengah jam kemudian dan menembak kepala korban yang berusia 20 tahun.

Berdasarkan undang-undang privasi polisi tidak menyebutkan nama tersangka yang berwarga negara Jerman itu. Setelah menembak korban ia meninggalkan lokasi kejadian dan menyerahkan diri ke kantor polisi keesokan harinya. "Saya terguncang oleh pembunuhan keji laki-laki muda yang hanya meminta agar peraturan yang ada dipatuhi," kata kandidat pengganti Kanselir dari Partai Hijau Annalena Baerbock.

Baerbock mengungkapkan kekhawatirannya mengenai radikalisasi gerakan Querdenken yang terdiri dari orang-orang yang menentang masker dan vaksin, para penganut teori konspirasi dan sejumlah kelompok ekstremis sayap kanan.

Pihak berwenang tidak menegaskan apakah tersangka pembunuhan di pom bensin memiliki hubungan dengan gerakan tersebut. Petugas keamanan Jerman mulai menyelidiki gerakan itu setelah sejumlah unjuk rasa mereka berunjung dengan kekerasan.

Kantor berita DPA melaporkan jaksa di Jerman mengatakan sebelum penembakan, polisi tidak mengenal tersangka dan ia tidak memiliki lisensi yang sah untuk memiliki senjata api yang ditemukan di rumahnya.

Sekretaris Jenderal partai berkuasa Christian Democratic Union, Paul Ziemiak mengatakan pembunuhan itu 'tidak dapat dipahami.' "Seorang laki-laki muda dieksekusi karena ia menekankan wajib masker, ini tingkat radikalisasi yang tak terbayangkan," cicitnya di Twitter.

Kepala intelijen domestik Negara Bagian Thuringia, Stephan Kramer mengatakan ia tidak terkejut dengan pembunuhan tersebut 'melihat meningkatnya ketegangan beberapa pekan terakhir'. Ia mengatakan sudah memperingatkan potensi kekerasan. Sangat disayangkan selalu ada orang harus tewas sebelum resiko ditanggapi dengan serius ," katanya kepada jaringan surat kabar RedaktionsNetzwerk Deutschland (RND). 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement