Rabu 22 Sep 2021 03:11 WIB

Holding Perkebunan Restrukturisasi Bisnis Gula

PT Sinergi Gula Nusantara merupakan gabungan tujuh PTPN pengelola perkebunan tebu.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Budi Raharjo
Pekerja menata tumpukan tebu untuk digiling di pabrik gula Sei Semayang PTPN II Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.
Foto: Antara/Septianda Perdana
Pekerja menata tumpukan tebu untuk digiling di pabrik gula Sei Semayang PTPN II Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Holding PTPN melakukan restrukturisasi bisnis gula sebagai langkah strategis menjawab tantangan ketahanan gula konsumsi nasional. Langkah ini menjadi salah satu fokus utama holding PTPN yang merupakan bagian dari 88 Program Strategis Kementerian BUMN masa bakti Kabinet Indonesia Maju 2020-2024. 

“Kami akan melakukan perbaikan operasional, baik di pabrik maupun lapangan, dengan simplifikasi bisnis gula,” ujar Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara Mohammad Abdul Ghani, di Jakarta, Selasa (21/9). 

Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) juga akan mengambil sejumlah langkah strategis lainnya. Seperti restrukturisasi utang atau transformasi EBITDA, retrukturisasi anak perusahaan dan cucu perusahaan serta melipatgandakan produksi gula menjadi 1,8 juta ton untuk mendukung swasembada gula konsumsi tahun 2024.

Salah satu upaya yang telah dilakukan Holding Perkebunan Nusantara adalah penandatanganan akta notaris pendirian Sugar Co, bertepatan dengan HUT RI ke-76, 17 Agustus lalu. Akta notaris itu menandai terbentuknya entitas baru bernama PT Sinergi Gula Nusantara. 

PT Sinergi Gula Nusantara merupakan gabungan tujuh PTPN pengelola perkebunan tebu, yaitu PTPN II di Sumatera Utara, PTPN VII di Lampung, PTPN IX di Jawa Tengah, PTPN X, PTPN XI, dan PTPN XII di Jawa Timur, serta PTPN XIV di Sulawesi Selatan.  

Ghani mengatakan restrukturisasi bisnis gula PTPN akan membawa dampak positif bagi Indonesia. “Langkah ini akan meningkatkan ketahanan pangan, mengurangi kebutuhan devisa untuk impor gula, pendapatan negara, memperoleh Foreign Direct Investment (FDI), menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan kesejahteraan petani tebu, serta meningkatkan kepastian harga pada konsumen,” ujar dia memaparkan.

Menurut Ghani, restrukturisasi bisnis gula juga merupakan bagian dari langkah transformasi bisnis yang sudah dilakukan Holding Perkebunan Nusantara. Ia berharap pendirian entitas bisnis baru itu bisa menjaga ketersediaan gula konsumsi sepanjang tahun dengan harga yang wajar. "Menjaga ketahanan pangan nasional menuju swasembada gula konsumsi,” ucap dia.

Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan pabrik gula PTPN saat ini memiliki cukup banyak tantangan seperti tingginya biaya operasional yang akan berat jika dipikul secara sendiri. Kehadiran Sugar Co akan menciptakan satu ekosistem yang baik dalam mendukung kemandirian gula nasional di masa yang akan datang.

 

"Dengan integrasi dan penyatuan ini maka akan lebih fokus dalam penanganan gula yang lebih. Mudah-mudahan dengan langkah ini dapat membuat PTPN Group lebih efisien dan sehat ke depan," kata Arya menambahkan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement