Selasa 21 Sep 2021 17:37 WIB

Guru Honorer Minta Turunkan Passing Grade Tes PPPK

Tingginya passing grade menyebabkan banyak guru honorer tumbang pada seleksi PPPK.

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Ratna Puspita
Beberapa guru honorer di Lampung meminta pemerintah menurunkan passing grade tes Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK), yang menyulitkan mereka lolos seleksi. (Ilustrasi guru honorer)
Beberapa guru honorer di Lampung meminta pemerintah menurunkan passing grade tes Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK), yang menyulitkan mereka lolos seleksi. (Ilustrasi guru honorer)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Beberapa guru honorer di Lampung meminta pemerintah menurunkan passing grade tes Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Tingginya passing grade menyebabkan banyak guru honorer yang berharap menjadi PPPK harus tumbang pada tahap I yang berlangsung 13 sampai 17 September 2021.

Guru honorer SMP IT Nurul Iman Purworejo, Kabupaten Pesawaran, Lampung, Sediono Saputro, mengatakan, pelaksanaan tes CAT PPPK yang digelar tahap pertama banyak guru rekan seprofesinya berguguran. Penyebab utama, kata dia, tingginya angka passing grade sementara kemampuan guru honorer yang sudah banyak berusia senja harus mengalah.

Baca Juga

“Saya dan kawan-kawan guru honorer meminta menambah afirmasi dan passing grade (tes PPPK) jangan tinggi, dan juga guru bersertifikat dan berusia di atas 40 tahun ada prioritas,” kata Sediono Saputro (45 tahun) kepada Republika.co.id, Selasa (21/9).

Menurut dia, rata-rata guru honorer yang bekerja mengabdi kepada negara dengan mengajar di sekolah-sekolah negeri atau swasta sudah belasan sampai puluhan tahun harus kalah dalam mengikuti tes PPPK yang memiliki standard kelulusan seperti layaknya lulusan perguruan tinggi yang masih segar (fresh graduated).

Sediono akan mengikuti tes PPPK tahap 2 untuk guru honorer K2 sekolah swasta. Namun, dari pengalaman rekan seprofesinya yang mengikuti tes PPPK beberapa hari lalu, ia memprediksi soal-soalnya akan sulit dan rumiy bagi guru honorer seperti dirinya yang sudah berusia 45 tahun.

“Saya sudah 45 tahun mau ikut tes dengan passing grade tinggi. Miris lihat video viral guru-guru (honorer) tua sampai menangis mengerjakan soal dan akhirnya tak lulus,” kata Sediono yang telah mengajar sebagai guru honorer selama 17 tahun.

Seorang guru honorer K2 di Bandar Lampung, Listya (40 tahun), harus kalah dalam tes PPPK pada pekan lalu. Guru honorer salah satu SMP negeri di Tanjungsenang, Bandar Lampung, tersebut tidak lolos tes PPPK. Menurut dia, dari 20 rekannya yang ikut tes PPPK hanya satu yang lolos.

“Soalnya njelimet, panjang-panjang dan tidak cocok untuk guru yang sudah berusia kepala empat atau lima. Apalagi untuk lulus, passing grade-nya tinggi,” tutur Listya.

Namun, Listya dan kawan-kawan yang tidak lolos tes PPPK tahap pertama, tetap akan mencoba tes tahap kedua, atau ketiga bila memungkinkan. Pasalnya, menjadi guru honorer sepanjang hidup hasil tetap tidak ada perbaikan kesejahteraan. “Satu-satunya jalan yang disediakan pemerintah menjadi guru PPPK, kalau jadi PNS (ASN) sudah jauh,” ujarnya.

Dia berharap pemerintah lebih luwes dalam mengangkat guru honorer K2 yang telah mengabdi mencerdaskan anak bangsa lebih dari 10 tahun atau 20 tahun. Menurut dia, jangan hanya karena tidak lolos tes PPPK semua harapan guru honorer K2 menjadi pegawai ikut luntur. Seharusnya, aspirasi guru honorer dapat diakomodasi pemerintah agar kesejahteraan guru honorer K2 meningkat setiap tahunnya, tidak seperti sekarang stagnan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement