Selasa 21 Sep 2021 20:00 WIB

Bagaimana Perkembangan Seni Lukis Islam?

Seni lukis kurang berkembang di masa awal Islam.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Muhammad Hafil
Bagaimana Perkembangan Seni Lukis Islam?. Foto:  Pengujung melihat lukisan kaligrafi yang dipamerkan pada Festival Seni Kaligrafi Islam Indonesia di Gedung Bayt Al-Quran TMII, Jakarta, Senin (14/1).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Bagaimana Perkembangan Seni Lukis Islam?. Foto: Pengujung melihat lukisan kaligrafi yang dipamerkan pada Festival Seni Kaligrafi Islam Indonesia di Gedung Bayt Al-Quran TMII, Jakarta, Senin (14/1).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Seni lukis merupakan cabang dari seni rupa. Namun, jika dilihat dari catatan sejarah Islam, seni lukis tidak terlalu terlihat seperti bentuk seni lainnya. Dalam hal ini, ulama memiliki perbedaan pendapat soal hukum melukis. Sebagian ada yang melarang dan yang lainnya membolehkan.

Dr. Febri Yulika mengatakan dalam buku Jejak Seni dalam Sejarah Islam, seni lukis kurang berkembang sejak awal pemerintahan khalifah penguasa Islam, baik di tanah Arab maupun di tempat lain. Ada beberapa karya seni lukis dalam bentuk lukisan dinding yang ditemukan pada masa Dinasti Ummayah dan Abbasiyah di Syria dan Mesopotamia. Namun, karya tersebut tidak memberikan informasi detail, seperti siapa pelukisnya, apakah seniman itu beragama Islam atau non-Islam, dan apakah mereka sengaja dipekerjakan oleh para khalifah.

Baca Juga

Seni lukis sebagai hasil seni rupa Islam pertama kali ditemukan di istana Ummayah di padang pasir Syria, yaitu istana Qusayr Amra (724 M), istana Qasr al-Hair ash Sharqi (728 M), dan istana Khirbat al-Mafj ah (743 M). Karya tersebut berupa lukisan dinding (fresco) yang melukiskan manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan.

Kemudian lukisan dinding ditemukan juga di istana Abbasiyah di Samarra Mesopotamia, yaitu istana Jausaq al-Khagani (833 M) yang didirikan Calips al-Mutasim, salah seorang penguasa Abbasiyah. Lukisan itu menggambarkan dua wanita sedang menari.

 

Selanjutnya lukisan sebagai bentuk hiasan banyak ditemukan pada setiap hasil seni kerajinan seperti keramik, kain tenun, dan permadani. Unsur lukisannya berupa gambar makhluk hidup, seperti manusia, hewan yang dikombinasikan dengan pola hiasan tumbuh-tumbuhan serta bentuk kaligrafi Arab.

Seiring berjalannya waktu, seni lukis ini berkembang. Pada awal abad ke-11 M, muncul seni lukis miniatur dengan gambar makhluk hidup di Mesopotamia dan Persia. Lukisan itu tidak lagi berupa lukisan dinding atau pada benda kerajinan tapi sudah merupakan lukisan di atas kertas berupa buku. Seni lukis miniatur seperti bentuk gambar ilustrasi pada buku bacaan. Dalam suatu naskah atau buku, memuat gambar-gambar sebagai penjelasan uraian.

Buku-buku atau naskah yang banyak memuat gambar-gambar miniatur adalah Magamat, Kalila wa Dimnah, di mana kedua buku itu dianggap sebagai karya seni lukis miniature terbesar dalam sejarah kesenian Islam. Buku lain yang tak kalah penting adalah kitab Al Aghani, buku pengetahuan tentang seni musik dan seni suara, kitab Manafi Al-Hayavan, buku ilmu pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan dan hewan, dan Dawal Al-Atibba, buku pengetahuan tentang ketabiban.

Beberapa buku yang dihasilkan oleh kesenian Islam memuat gambar-gambar miniatur sebagai ilustrasi buku yang ditemukan di Mesopotamia, Persia, Syria, Turki, dan India. Munculnya seni lukis miniatur akan membawa pengaruh yang positif dalam pertumbuhan dan perkembangan seni lukis Islam. Ini ditandai dengan munculnya seniman miniatur terkenal, seperti al-Hariri, Diyarbakir, Ahmed Musa, Mehmed Siyah Kalem, Ibnu Baktishu, Rashid al-Din, Muhammad Husayin, Mir Sayyid Ali, Abd as Samad, dan lain-lain. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement