Selasa 21 Sep 2021 14:40 WIB

RI Dorong Penggunaan Nuklir untuk Tujuan Perdamaian

Saat ini dunia masih belum sepenuhnya terbebas dari ancaman senjata nuklir

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi berbicara kepada pers usai pertemuan bilateral dengan Menlu Antony Blinken, di Departemen Luar Negeri di Washington, Selasa, 3 Agustus 2021.
Foto: AP/Jose Luis Magana
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi berbicara kepada pers usai pertemuan bilateral dengan Menlu Antony Blinken, di Departemen Luar Negeri di Washington, Selasa, 3 Agustus 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK - Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menyerukan penggunaan nuklir untuk tujuan damai. Hal tersebut disampaikan dalam pertemuan General Conference ke-65 Badan Energi Atom Dunia (International Atomic Energy Agency/IAEA) yang dilangsungkan secara virtual, Senin (20/9).

"Kita harus terus mendorong penggunaan nuklir untuk tujuan damai," ujar Menlu Retno dalam keterangan persnya, Selasa (21/9). Menurutnya tak dapat dipungkiri nuklir bisa menjadi senjata yang mengerikan. Saat ini dunia masih belum sepenuhnya terbebas dari ancaman senjata nuklir hingga perlombaan senjata nuklir pun masih terus terjadi.

Baca Juga

 

Namun pada saat yang sama, ujar dia, nuklir juga dapat digunakan untuk tujuan-tujuan yang bermanfaat bagi umat manusia. "Untuk itu, tiga aspek penting harus dipastikan, yaitu keselamatan (safety), keamanan (security), dan perlindungan (safeguards) nuklir," kata Menlu Retno.

Salah satu penggunaanya adalah teknologi nuklir untuk mengembangkan varietas padi yang unggul. Sejak 2013, Indonesia yang diwakili oleh Kelompok Peneliti Pemuliaan Tanaman Pangan (PAIR) bekerja sama dengan IAEA dan Badan Pangan Dunia (FAO) telah mengembangkan 23 varietas padi baru.

 

Kiprah Indonesia tersebut diapresiasi oleh dunia internasional sehingga mendapatkan penghargaan FAO/IAEA Outstanding Achievement Award sebanyak dua kali, yaitu di 2014 dan 2021. "Kami merasa terhormat memperoleh FAO/IAEA Outstanding Achievement Award. Penghargaan ini merupakan bentuk pengakuan terhadap dampak sosial ekonomi dari kolaborasi yang kami lakukan dan bukti kontribusi nuklir terhadap pembangunan berkelanjutan," kata Menlu.

 

Retno menjelaskan teknologi nuklir juga dapat berperan dalam upaya mengatasi pandemi yaitu untuk mendeteksi varian virus baru dan mencegah terjadinya pandemi di masa depan. Indonesia berkomitmen untuk terus mendukung IAEA dalam meningkatkan kapasitas ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir negara-negara berkembang melalui kerja sama teknis yang inklusif, termasuk melalui Kerja Sama Selatan-Selatan.

 

"Mari kita lanjutkan kerja kolektif untuk mempercepat dan memperluas kontribusi energi atom bagi perdamaian, kesehatan, dan kemakmuran sebagaimana yang tercantum dalam Piagam IAEA," kata Menlu Retno.

 

General Conference (GC) ke-65 IAEA berlangsung pada 20-24 September 2021. GC merupakan Konferensi tahunan di Markas PBB Wina sejak 1956 yang diselenggarakan bagi negara-negara anggota IAEA. Pertemuan digelar menentukan arah kebijakan IAEA dalam menjamin penggunaan energi dan teknologi nuklir semata-mata untuk tujuan damai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement