Selasa 21 Sep 2021 08:11 WIB

Antusiasme Orang Banjar Kalimantan dalam Catatan Belanda

Orang Banjar Kalimantan dikenal punya ghirah untuk menunaikan haji

Rep: Ali Yusuf/ Red: Nashih Nashrullah
Orang Banjar Kalimantan dikenal punya ghirah untuk menunaikan haji. Ilustrasi haji
Foto: dok Republika
Orang Banjar Kalimantan dikenal punya ghirah untuk menunaikan haji. Ilustrasi haji

IHRAM.CO.ID, — Masyarakat Banjar Kalimantan (sebagian besar kini berada di Kalimantan Selatan) memiliki gairah sangat tinggi dalam menjalankan ibadah haji.  

Menurut Dr Irfan Noor, MHum, Prof Raihani, MEd, PhD, Muhammad Iqbal, MHum dalam bukunya Urang Banjar Naik Haji, hal ini telah disepakati para sarjana, bahwa orang Banjar memiliki semangat naik haji. 

Baca Juga

"Para sarjana sama-sama sepakat bahwa betapa orang memiliki kegairahan yang sangat tinggi dalam naik haji," tulis mereka. 

Mereka mengklaim bahwa Banjar sebagai daerah terbesar di seluruh Indonesia. Dan mereka menjadi haji merupakan suatu tujuan hidup orang Banjar.  

Sejak atau sebelum Islamisasi masyarakat Banjar, boleh jadi sudah ada orang Banjar Muslim yang telah naik haji. 

Di antara catatan sejarah yang sangat sedikit, disebutkan Haji Batu atau Syeikh Abdul Malik yang telah haji pada abad ke-16, Datu Kandang Haji dari Paringin telah haji pada abad ke-17.  

Sementara pada abad ke 18, tercatat Datu Sanggul, Haji Matahir, yang disusul Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari, Syekh Muhammad Nafis Al Banjari dan Syekh Abdul Hamid Abulung. 

Berdasarkan laporan Kolonial Belanda pada 1930, sebagaimana yang dikutip Alfani Daud, intensitas Orang Banjar naik haji mencapai 125 orang per 100 ribu penduduk.  

Bahkan di tahun-tahun berikutnya semakin meningkat pada wilayah Banjarmasin, yang  disusul wilayah kabupaten Banjar, lalu Hulu Sungai Selatan dan Hulu Sungai Utara. 

Urang Banjar adalah etnis yang umumnya tinggal di Kalimantan selatan, namun ada juga beberapa dari mereka tersebar di Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sumatra, khususnya di Riau, Jambi, Bangka Belitung dan Sumatera Utara, bahkan juga di beberapa wilayah Malaysia dan Brunei Darussalam. 

Ada beberapa kajian para sarjana yang berusaha menelusuri asal usul etnis Banjar dan identitas Budayanya. Salah satu dari sarjana itu adalah Alfani Daud. 

Dalam karyanya Alfani Daud berargumentasi bahwa cikal-bakal nenek moyang orang-orang Banjar itu adalah pecahan sukubangsa Melayu, yang sekitar lebih dari seribu tahun yang lalu, bermigrasi secara besar-besaran ke kawasan ini dari Sumatra atau sekitarnya.  

Peristiwa perpindahan besar-besaran suku bangsa Melayu ini, yang belakangan menjadi inti nenek moyang sukubangsa Banjar, diperkirakan terjadi pada zaman Sriwijaya atau sebelumnya. Imigrasi besar-besaran dari sukubangsa Melayu ini kemungkinan sekali tidak terjadi dalam satu gelombang sekaligus. 

Menurut penelusuran Alfani Daud,kemungkinan sekali etnik Dayak yang sekarang ini mendiami Pegunungan Meratus adalah sisa-sisa dari imigran-imigran Melayu gelombang yang pertama yang terdesak oleh kelompok kelompok imigran yang datang belakangan.  

Diperkirakan bahwa imigran-imigran Melayu yang datang belakanganlah yang menjadi kelompok inti terbentuknya suku bangsa Banjar. Dari cikal-bakal inilah nantinya yang menjadi dasar bagi pembentukan etnis  Banjar, yang berkembang dari kelompok masyarakat bubuhan. 

Menurut Alfani Daud, bubuhan adalah kelompok berdasarkan pertalian keluarga, dalam artian “kelompok kekerabatan sampat tingkat sepupu dua atau tiga kali, bersama-sama dengan para suami, dan kadang-kadang para istri mereka.” Karenanya identifikasi lebih mengacu pada nama tokoh dalam keluarga tersebut. "Inilah dijadikan struktur masyarakat dan pemerintahan raja-raja Banjar," katanya.       

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement