Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Falah habib nurrohman

Kapal Selam Nuklir Australia Dan Panasnya Hubungan Aussie - Prancis

Politik | Saturday, 18 Sep 2021, 21:20 WIB
Salah satu replika kapal selam yang disimpan di sebuah di museum di Hamburg, Jerman. Hari ini, Australia berusaha menggoyang dominasi China dengan kapal selam nuklir, mungkinkah Aussie sukses di program ini ?

Laut China Selatan hari ini menjadi salah satu titik panas yang ada di dunia setelah Timur - Tengah. Adu klaim dan adu sikut mewarnai panasnya situasi di Laut China Selatan. China hadir sebagai rising power yang ingin menggoyang dominasi AS di wilayah ini. ASEAN juga menjadi pemain kunci dalam political game ini, tentunya sebagai tuan rumah yang halaman depannya menjadi ajang adu kuat antara kekuatan lama melawan kekuatan baru tersebut. Lantas, hadir Australia, negara ini adalah negara di selatan belahan bumi yang berusaha menjadi sekutu AS yang baik dengan selalu fokus untuk melawan dominasi Sang Naga China.

Australia merupakan salah satu wajah lama dalam permainan ini. Sebagai negara yang dulunya merupakan "rumah" bagi Tentara Sekutu saat PD II berlangsung, tentu saja kini merasa cemas. Bayangan negaranya diduduki musuh mulai menghantui Australia. Setelah lolos dari pasukan Kekaisaran Jepang saat PD II, Australia kini harus menghadapi kenyataan pahit bahwa negaranya cepat atau lambat harus melawan musuh dari negara yang selama ini memfasilitasinya, siapa lagi kalau bukan AS. Australia yang selama ini menjadi sekutu AS harus selalu menghadapi kenyataan bahwa negaranya begitu dekat dengan wilayah musuh. Untuk itu, Australia selalu berusaha mengamankan daratannya dari musuh, apapun caranya.

Pada bulan ini, Australia menyatakan akan membangun kapal selam bertenaga nuklir ( SSN ) yang rencananya, akan dibangun sebanyak 8 unit. Program ini akan dilakukan bersama beberapa negara seperti AS dan Britania Raya dalam program AUKUS ( Australia, UK, and US ). Hal ini menyulut reaksi dari dalam maupun luar negeri Australia. Hal ini dapat dimaklumi, Australia sudah sejak lama berjuang untuk menyakinkan rakyat akan proyek kapal selam. Dari beberapa negara tetangga seperti Indonesia, Indonesia melalui Komisi I DPR menyatakan bahwa Australia harus menghormati UNCLOS 1982. Hal ini sesuai yang disampaikan oleh Ketua Komisi I DPR RI Meutya Hafid.

Di lain sisi. Pemerintah Prancis mendapatkan kesialan dari proyek ini, Australia batal membeli kapal selam dari Prancis. Ini membuat Presiden Emmanuel Macron berang dan jengkel. Kabar terbaru mengungkapkan bahwa Presiden Emmanuel Macron telah menarik pulang dua dubesnya dari Australia dan AS sebagai respon atas program kapal selam nuklir Australia. Hubungan Prancis dan AS untuk kesekian kalinya kembali membara, sedangakan untuk Australia, segala kegiatan ekonomi dan politik dengan Prancis langsung terhambat dengan ditariknya Duta Besar Prancis.

Di waktu yang bersamaan, Inggris memberikan lisensi kapal kelas Frigat kepada Indonesia melalui PT PAL ( persero ). Hal ini menjadi angin segar bagi Indonesia semenjak program bersama dengan Damen Naval Ship Buliding dari Belanda yang terjadi di era Presiden SBY. Sekaligu sebagai upaya untuk mengimbangi kekuatan negara tetangga dan untuk menanggapi tensi panas Laut China Selatan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image