Sabtu 18 Sep 2021 20:50 WIB

Ekspor Jepang Naik 26 Persen

Secara keseluruhan, kata dia, ekspor ke Amerika Serikat (AS) naik 23 persen

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolandha
Kontainer ditempatkan di sebuah pelabuhan di Yokohama, selatan Tokyo, pada 9 September. 7 September 2021. Ekspor Jepang naik 26% pada Agustus dari tahun sebelumnya, data awal yang dirilis Kamis, 16 September 2021
Foto: AP/Koji Sasahara
Kontainer ditempatkan di sebuah pelabuhan di Yokohama, selatan Tokyo, pada 9 September. 7 September 2021. Ekspor Jepang naik 26% pada Agustus dari tahun sebelumnya, data awal yang dirilis Kamis, 16 September 2021

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Ekspor Jepang naik 26 persen pada Agustus dari tahun sebelumnya. Data awal yang dirilis Kamis menunjukkan, di bawah perkiraan analis, karena gangguan rantai pasokan memukul produsen.

Ekspor senilai 6,6 triliun yen atau 60 miliar dolar AS dibandingkan dengan 5,2 triliun yen tahun sebelumnya, ketika ekonomi baru mulai pulih dari dampak awal pandemi virus corona. Analis telah memperkirakan peningkatan lebih dari 30 persen. 

Ekspor naik 37 persen tahun ke tahun pada Juli. Berbagai angka itu menunjukkan ekonomi terbesar ketiga di dunia tersebut mencatat defisit perdagangan sebesar 635 miliar yen atau 5,8 miliar dolar AS. Hal itu karena impor melonjak hampir 45 persen menjadi 7,24 triliun yen atau 66 miliar dolar AS. Sebagian besar didorong oleh impor minyak, gas, dan batu bara.

Tokyo dan beberapa wilayah lain tetap dalam keadaan darurat karena wabah yang sebagian besar didorong oleh varian delta Covid-19. Kenaikan impor yang kuat menunjukkan, permintaan konsumen tetap relatif kuat, kata Marcel Thieliant dari Capital Economics.

"Namun data perdagangan eksternal menunjukkan, ekspor bersih dapat turun sekitar 0,3 poin persentase dari pertumbuhan PDB Q3 (Produk Domestik Bruto kuartal ketiga)," ujar Marcel dalam sebuah analisis, seperti dilansir Japan Today, Sabtu (18/9). Secara keseluruhan, kata dia, ekspor ke Amerika Serikat (AS) naik 23 persen dan pengiriman ke Asia naik 26 persen.

Hanya saja, ekspor ke China lebih lemah, yaitu naik hampir 13 persen. Ekonom mengatakan, ekspor mesin dan peralatan pabrik Jepang kemungkinan akan tetap kuat dalam beberapa bulan mendatang karena ekonomi regional muncul dari gelombang penguncian pandemi baru-baru ini.

Meski begitu, produsen mobil harus memperlambat produksi karena mereka berjuang dengan kekurangan chip komputer dan suku cadang lainnya karena melonjaknya permintaan  produk IT.

Data menunjukkan, ekspor mobil turun 1,5 persen pada Agustus, sementara impor minyak dan bahan bakar lainnya melonjak sebesar 21 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement