Jumat 17 Sep 2021 15:24 WIB

Nilai Ekspor Khusus Batik Tembus 21,54 Juta Dolar AS

Pemerintah berupaya membuka pasar-pasar baru pada skala global.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolandha
Pengunjung memilih kain batik di salah satu stan di pameran K-UKM Expo di Grand City Mall, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (15/9).  Pemerintah mencatatkan nilai ekspor khusus batik sebesar 21,54 juta dolar AS periode Januari sampai Juli 2021.
Foto: ANTARA/Didik Suhartono
Pengunjung memilih kain batik di salah satu stan di pameran K-UKM Expo di Grand City Mall, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (15/9). Pemerintah mencatatkan nilai ekspor khusus batik sebesar 21,54 juta dolar AS periode Januari sampai Juli 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah mencatatkan nilai ekspor khusus batik sebesar 21,54 juta dolar AS periode Januari sampai Juli 2021. Adapun realisasi tumbuh positif dibandingkan periode Januari sampai Juni 2019 sebesar 17,99 juta dolar AS.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pertumbuhan nilai ekspor batik didorong diversifikasi dari produk batik.

“Berdasarkan potensi itulah industri kerajinan dan batik didukung sebagai salah satu sektor yang dapat menjadi penopang agenda pemulihan ekonomi nasional,” ujarnya saat webinar seperti dikutip Jumat (17/9).

Menurutnya pemerintah berupaya membuka pasar-pasar baru pada skala global. Saat ini, negara-negara yang menjadi pasar utama batik Indonesia antara lain Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa.

“Upaya ini diyakini dapat membantu kembali meningkatkan kinerja industri batik nasional di tengah dampak pandemi sekaligus semakin memperkenalkan beragam batik khas Indonesia,” katanya.

Pada Kamis kemarin (16/9) Airlangga melakukan kunjungan di Pekalongan, sambil mempraktikkan langsung cara membatik menggunakan alat tradisional canting, Airlangga memanfaatkan kesempatan berdialog untuk menyerap aspirasi para pelaku dan pengrajin batik Pekalongan. 

“Pemerintah berkomitmen untuk menjadikan batik sebagai seragam resmi pemerintah. Batik yang diproduksi merupakan batik tulis dan batik cap,” ujarnya di salah satu sentra batik pekalongan Perada Batik.

Perada Batik Pekalongan merupakan salah satu contoh pelaku industri batik yang masih tetap bertahan pada masa pandemi. Airlangga mengapresiasi pelaku industri batik ini yang meskipun terdapat pengurangan jumlah pengrajin, usaha yang berdiri sejak 2011 ini tetap berinovasi dan berproduksi untuk menggerakkan ekonomi daerah.

“Kita mengapresiasi seluruh stakeholders yang terlibat menggerakkan industri batik. Saya ucapkan selamat karena tetap mampu bertahan masa pandemi, bahkan ekspornya naik,” ucapnya.

Berdasarkan keterangan Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja setempat, UKM sektor usaha batik di Kota Pekalongan berjumlah 871 unit usaha dan selama pandemi Covid-19 tetap mampu bertahan dan cenderung mengalami peningkatan jumlah pelaku usaha.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement