Jumat 17 Sep 2021 13:26 WIB

Patung Unta di Saudi, Karya Seni dari 8.000 Tahun Lalu

Patung unta di Saudi berusia jauh lebih tua dibanding Piramida Giza dan Stonehenge.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Situs unta di Arab Saudi
Foto: wionews.com
Situs unta di Arab Saudi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para peneliti di Arab Saudi menemukan serangkaian patung unta seukuran asli hewan ini pada 2018. Diperkirakan bahwa karya seni tersebut berasal dari sekitar 2.000 tahun lalu.

Namun, studi terbaru saat ini menunjukkan bahwa kerangka waktu yang diusulkan ini mungkin meleset sebanyak 6.000 tahun. Temuan yang diterbitkan dalam Journal of Archaeological Science : Reports menunjukkan bahwa apa yang disebut Camel Site (Situs Unta) berasal dari antara 7.000 dan 8.000 tahun lalu.

Baca Juga

Garis waktu ini kemungkinan akan menjadikan patung unta tersebut sebagai relief hewan tiga dimensi skala besar tertua yang masih ada di dunia. Sebaliknya, Piramida Giza Mesir berusia 4.500 tahun, sedangkan Stonehenge Inggris dibangun sekitar 5.000 tahun yang lalu.

Para peneliti menentukan tanggal ukiran melalui analisis kimia dan pemeriksaan tanda alat yang ditemukan di situs tersebut. Temukan ini menakujbkan, mengingat banyak situs asli yang terpengaruh oleh kondisi alam dan pada akhirnya tidak dapat terlihat utuh. 

“Meski sekarang dalam keadaan terkikis, situs aslinya pasti benar-benar menakjubkan. Ada unta seukuran manusia dan equid dua atau tiga lapisan di atas satu sama lain,” ujar penulis utama studi, Maria Guagnin, dilansir Smithsonian Magazine, Jumat (17/9). 

Ada unta seukuran manusia dan equid dua atau tiga lapisan di atas satu sama lain. Seniman kuno mengukir gambar menjadi tiga taji berbatu. Selain sekitar puluhan unta, karya seni itu menggambarkan dua hewan yang mungkin keledai, bagal, atau kuda. 

Perkiraan awal usia karya sebagian didasarkan pada keberadaan relief unta yang dibuat di Yordania sekitar waktu itu. Namun, penanggalan radiokarbon, analisis pola pelapukan dan metode penanggalan lainnya menunjukkan asal yang jauh lebih tua. Selain itu, seorang tukang batu tidak menemukan tanda-tanda tembikar atau penggunaan peralatan logam di lokasi tersebut.

"Setiap hari Neolitik lebih mungkin terjadi, sampai kami menyadari itu benar-benar situs Neolitik yang kami lihat," jelas Guagnin. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement