Selasa 14 Sep 2021 16:38 WIB

BIN Bantah Servernya Diretas Hacker China

BIN klaim selalu mengecek sistemnya secara berkala, termasuk server.

Rep: Flori Sidebang/ Red: Indira Rezkisari
Lambang BIN (Ilustrasi)
Foto: IST
Lambang BIN (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Intelijen Negara (BIN) membantah  servernya mengalami peretasan oleh hacker asal China. Deputi VII BIN Wawan Hari Purwanto memastikan, saat ini server BIN dalam kondisi yang aman.

"Hingga saat ini server BIN masih dalam kondisi aman terkendali dan tidak terjadi hack sebagaimana isu yang beredar bahwa server BIN diretas hacker asal China," kata Wawan saat dikonfirmasi, Selasa (14/9).

Baca Juga

Meski demikian, Wawan menyebut, pihaknya terus mendalami dan berkoordinasi dengan stakeholder terkait untuk mengungkap kebenaran informasi peretasan server BIN maupun kementerian/lembaga lainnya. "BIN bekerja sama dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) serta lembaga pemerintah lainnya untuk memastikan jaringan BIN aman dan bebas dari peretasan," jelasnya.

Lebih lanjut dia menuturkan, selama ini, BIN selalu melakukan pengecekan secara berkala terhadap sistem yang berjalan, termasuk server. Hal ini, jelas Wawan, untuk memastikan bahwa server tersebut tetap berfungsi sebagaimana mestinya.

Wawan pun menilai, serangan siber terhadap BIN merupakan hal yang wajar. "Mengingat BIN terus bekerja untuk menjaga kedaulatan NKRI dan mengamankan kepentingan nasional rakyat Indonesia," ungkapnya.

Ia pun berharap agar masyarakat tidak mudah memercayai informasi yang berkembang dan tetap melakukan check and recheck, serta crosscheck atas informasi yang ada. "Hal ini perlu dilakukan mengingat sebelumnya juga muncul isu hoaks kebocoran data eHAC," katanya.

Sebelumnya diberitakan, pada Jumat (10/9) Insikt Group mengabarkan adanya peretasan di 10 Kementerian Lembaga Pemerintah Indonesia. The Record, Jumat (10/9) melaporkan, peretas China telah menembus jaringan internal setidaknya sepuluh kementerian dan lembaga pemerintah Indonesia. Di antara komputer yang diretas termasuk Badan Intelijen Negara (BIN).

Laporan itu menyebutkan peretasan menggunakan private ransomware bernama Thanos. Bahkan peretasan ini dikaitkan dengan upaya spionase China dalam upaya menghadapi situasi yang menghangat di Laut China Selatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement