Selasa 14 Sep 2021 12:51 WIB

Kala Mendikbudristek Belajar dari Calon Guru Penggerak

Nadiem bermalam di rumah seorang calon Guru Penggerak angkatan ketiga.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Ratna Puspita
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim, saat berbincang sebelum bermalam di rumah seorang calon Guru Penggerak angkatan ketiga, Khoiry Nuria Widyaningrum, di Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (13/9) malam).
Foto: Dok. Kemendikbudristek
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim, saat berbincang sebelum bermalam di rumah seorang calon Guru Penggerak angkatan ketiga, Khoiry Nuria Widyaningrum, di Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (13/9) malam).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, masih terus melakukan pemantauan implementasi pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas di sejumlah daerah. Sebelum memulai agenda di Daerah Istimewa Yogyakarta, Nadiem melengkapi perjalanannya dengan bermalam di rumah seorang calon Guru Penggerak angkatan ketiga.

“Mohon maaf mengganggu, Ibu. Saya ingin mampir. Apakah boleh?” kata Nadiem di teras kediaman calon guru penggerak angkatan ketiga tersebut, Khoiry Nuria Widyaningrum, berdasarkan siaran pers, Selasa (14/9).

Baca Juga

Guru di SDN Jetisharjo, Kabupaten Sleman, yang kerap disapa Nuri itu tidak menyangka akan dikunjungi Mendikbudristek. Begitu pula dengan suami Nuri yang seorang guru SD Muhammadiyah Domban III, dan kedua orang tuanya yang juga pensiunan guru sekolah Muhammadiyah. 

Mereka mengaku terkejut sekaligus bahagia. “Saya masih berpikir, sekelas Mas Menteri mana mungkin datang ke rumah?” tutur Nuri.

Mendikbudristek menjelaskan, maksud dan tujuannya bertamu tak lain untuk belajar dari Guru Penggerak. Dia menyatakan, program Guru Penggerak merupakan salah satu program terpenting Kemendikbudristek karena program itu adalah regenerasi pemimpin-pemimpin sekolah.

"Kalau saya tidak lagi menjabat sebagai Menteri, yang akan meneruskan transformasi pendidikan adalah para Guru Penggerak,” kata Nadiem.

“Saya ingin merasakan langsung keseharian sebagai calon Guru Penggerak agar saya lebih memahami. Saya ingin tahu suka dan duka Ibu Nuri sebagai guru. Boleh, Ibu, saya minta izin menginap?” kata mendikbudristek.

Duduk santai bersama Nuri dan keluarga di ruang tamu, Nadiem menyatakan, dia menangkap ada benang merah ketika bertemu dengan para calon Guru Penggerak di berbagai daerah di Indonesia. Mereka semua, kata dia, ingin melakukan perubahan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

“Karakter calon Guru Penggerak itu lugas dalam menyampaikan pendapat dan gagasan. Terutama, saya selalu melihat ada keresahan dalam diri guru-guru yang saya temui. Mereka semua ingin melakukan perubahan untuk meningkatkan kualitas pendidikan,” kata Nadiem.

Nuri yang pernah mengenyam delapan tahun sebagai guru dan tiga tahun sebagai kepala sekolah di sekolah Muhammadiyah kini memilih menjadi guru di sekolah negeri. Di Muhammadiyah, Nuri mengatakan, dia menemukan bahwa pendidikan memang harus ditransformasi agar dapat menjadi lebih baik lagi.

“Di sinilah saya menemukan bahwa benar pendidikan memang harus ditransformasi. Kenapa sekolah negeri pinggiran tempat saya mengajar tidak sebagus sekolah swasta? Kemudian saya merasa tergerak,” ujar Nuri.

Kepada Nadiem, Nuri mengungkap alasan dia memilih kembali menjadi guru meski sudah menyandang status kepala sekolah. Dia merasa tak leluasa dalam mengajar karena beban administrasi yang harus dilakukan sebagai kepala sekolah.

Mendengar itu Nadiem merasa apa yang dipikirkan oleh Nuri sesuai dengan apa yang dia pikirkan, yakni administrasi pendidikan itu tidak sama dengan pembelajaran. Administrasi, kata dia, tidak ada hubungan langsung dengan murid dan hanya mengikuti aturan yang ada saja.

“Sementara, tugas guru yang sebenarnya adalah untuk fokus memberikan pembelajaran yang bermakna bagi murid,” kata mendikbudristek.

Nuri menimpalinya, “saya juga suka kebijakan Mas Menteri menghapus UN. Saya senang sekali.” Pembicaraan mendikbudristek beserta Nuri dan keluarga berlangsung hingga waktunya istirahat malam.

Sebelum memulai peninjauannya ke SD Muhammadiyah, SMP Taman Dewasa Jetis, SMA Ma’arif dan berdialog dengan kepala-kepala sekolah se-DIY, pada Selasa (14/9), Mendikbudristek menyempatkan berolahraga bersama dan mengunjungi taman wisata yang dikelola Nuri beserta suami. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement