Selasa 14 Sep 2021 05:03 WIB

Mati Ketawa Ala Rusia Gaya Putin Soal Taliban

Jadi intel itu harus cerdas, jangan kualitas rebekan.

Presiden Rusia Vladimir Putin tertawa setelah melempar lucuan.
Foto: Youtube.com
Presiden Rusia Vladimir Putin tertawa setelah melempar lucuan.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ridwan Saidi, Sejarawan, Budayawan Betawi, Politisi Senior.

Presiden Rusia Vladimir Putin memang pribadi yang menarik. Beberapa tahun lalu ia muncul di acara Russian Idol. Di ajang itu dia menyanyikan lagu Blue Berry Hill. Putin eks pimpinan KGB bernyanyi, wow... wow. 

Ketika saya masih aktivis, kami juluki intel tolol dengan sebutan intel rebekan. Intel mesti cerdas dan cerdik seperti Vladimir Putin. 

Belum lama ini dalam sebuah forum di Moskwa, Putin nge-joke dalam ceramahnya. Kisahnya berisi tentang serdadu Israel ditanya jenderal.

Jendral: Apa yang kamu bikin kalau ketemu 20 teroris?

Sersan: Aku ambil Uzi (senapan Israel) dan mereka aku tembaki. 

Jenderal: Bagaimana kalau kamu diserang tank?

Sersan: Aku ambil granat, dan mereka aku timpuki. 

Jenderal: Bagaimana kalau kamu diserang teroris, tank, pesawat tempur dengan serentak?

Sersan (mikir): Jenderal, memangnya saya sendiri?

Hadirin tertawa riuh. Putin lalu menatap hadirin dan bertanya: Memangnya aku sendiri?

Ruangan riuh rendah oleh tawa dan tepuk tangan hadirin. Weee ... berkelas, dan amat berkelas. Mustahil yang begini bisa kita temukan di sini kendati mereka yang elite-elite itu pasang gelar akademik semeter depan namanya dan semeter lagi di belakang namanya.

Jadi, apa yang dilakukan Putin itu soal peradaban. Bahkan, saat mengomentari kemenangan Taliban, Putin kasih komentar pendek saja tapi bernas, cerdas, sekaligus penuh satire. Katanya, "Intelijen USA terbaik!"

Baca juga : Video Aku Bukan Homo Muncul di Iklan Konten Anak Youtube

Selama 20 tahun USA bangun laboratorium politik di Afghanistan tanpa diketahui siapa pun, apalagi ahli ilmu mata-mata alias intelijen.

Elite Indonesia pun sebenarnya bisa mendekati kelas inteligensia Putin asal mereka berhenti bermain citra yang sejatinya berarti bayangan. Ini misalnya dengan adanya fenomena yang baru-baru saja terjadi kala ada musibah pada seorang pejabat daerah yang mungkin gemar bermain citra.

Di lorong sempit yang diapit comberan, si pejabat itu memberi salam pada orang yang berkerumun. Byur! Kakinya tercemplung. Sepatunya masuk air comberan yang sangat mungkin bercampur tinja bocah. Ini masuk akal karena balita di kampung masih ada saja yang buang hajat di tepi comberan.

Khawatirnya air tokai menyerap lewat pori-porinya. Ini hanya kekhawatiran seorang kenalan lho?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement