Senin 13 Sep 2021 18:38 WIB

Ilmuwan Temukan 70 Persen Peningkatan Hidrogen di Atmosfer

Hidrogen adalah produk lain pembakaran bahan bakar fosil yang berdampak pada ozon.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan telah menemukan 70 persen peningkatan hidrogen di atmosfer selama 150 tahun terakhir. Tim peneliti dari University of California Irvine (UCI) di Amerika Serikat (AS) mempelajari udara yang terperangkap dalam lapisan padat es dan salju di Antartika untuk menemukan berberapa jawaban dan pertanyaan baru tentang jumlah molekul hidrogen di atmosfer Bumi. 

Hidrogen atau H2 adalah produk lain dari pembakaran bahan bakar fosil, pembakaran biomassa dan oksidasi metana, di antara sumber lainnya, dan berdampak pada pemanasan global dan lapisan ozon.

Baca Juga

Para peneliti yang bergabung dengan tim dari Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional, Universitas Colorado Boulder dan UC San Diego, mengetahui bahwa molekul hidrogen meningkat dari 330 menjadi 550 bagian per miliar di atmosfer bumi dari tahun 1852 hingga 2003. Rentang waktu diukur di udara cemaran yang dikumpulkan di dekat Kutub Selatan di Megadunes, Antartika.

“Udara yang menua terperangkap dalam tumpukan salju abadi di atas lapisan es dan pengambilan sampel memberi perhitungan komposisi atmosfer yang sangat akurat dari waktu ke waktu," uja penulis utama studi, John Patterson, seorang mahasiswa pascasarjana di laboratorium Eric Saltzman, dilansir Phys, Senin (13/9). 

Patterson juga mengatakan bahwa rekonstruksi paleoatmosfer dari tingkat H2 telah sangat meningkatkan pemahaman tentang emisi antropogenik sejak awal revolusi industri. Ia menyebut bahwa sebagian besar pertumbuhan H2 disebabkan oleh aktivitas manusia, terutama yang menghasilkan emisi dan bersumber dari transportasi. Namun, sebagian dari peningkatan tersebut masih belum diperhitungkan.

"Kebijakan pemerintah tentang emisi knalpot telah menyebabkan penurunan karbon monoksida di atmosfer, jadi kita seharusnya mengharapkan untuk melihat dampak yang sama pada molekul hidrogen, tetapi tampaknya tidak demikian," jelas Patterson.

Tidak ada bukti bahwa emisi hidrogen molekuler atmosfer menurun pada abad ke-20. Para peneliti mengatakan mungkin ada sumber baru emisi H2 yang menjulang di cakrawala karena lebih banyak orang mengadopsi tenaga hidrogen nol-karbon untuk mobil dan kebutuhan lainnya, yang mengarah pada kemungkinan kebocoran ke atmosfer.

Studi terbaru tim ilmuwan dari UCI ini dirilis di sebkha makalah yang diterbitkan di Proceedings of the National Academy of Sciences.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement