Senin 13 Sep 2021 15:15 WIB

Studi: Terlalu Banyak Waktu Luang Malah Bikin tidak Bahagia

Terlalu banyak maupun terlalu sedikit waktu luang cenderung membuat tidak bahagia.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Reiny Dwinanda
Perempuan sedang bersedih. Menurut penelitian terbaru, memiliki waktu luang lebih dari tiga jam justru membuat orang tidak bahagia.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Perempuan sedang bersedih. Menurut penelitian terbaru, memiliki waktu luang lebih dari tiga jam justru membuat orang tidak bahagia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memiliki banyak waktu luang ternyata belum tentu baik buat seseorang. Studi terbaru menemukan bahwa orang mungkin tidak bahagia jika memiliki waktu luang yang terlalu banyak atau sedikit.

Studi yang diterbitkan pada Kamis di Journal of Personality and Social Psychology mengungkapkan tambahan waktu luang yang baik adalah sekitar tiga setengah jam per hari. Ketika durasinya lebih dari itu, kesejahteraan menurun.

Baca Juga

Sebab, sekitar tujuh jam waktu luang mulai membuat orang merasa tidak nyaman. Peneliti mengungkap bahwa mereka menemukan ada hubungan terbalik berbentuk U antara waktu luang dan kebahagiaan.

"Jika terlalu sedikit, orang akan merasa stres karena tidak memiliki waktu cukup untuk melakukan hal-hal yang diinginkan,” kata Penulis Utama sekaligus Asisten Profesor Pemasaran di Wharton School University of Pennsylvania, Marissa Sharif, dilansir NBC, Sabtu (11/9).

Sementara itu, jika seseorang terlalu banyak memiliki waktu luang akan berdampak pada tingkat kesejahteraan dan kebahagiaan yang lebih rendah. Memiliki banyak waktu luang tidak selalu berbahaya, terutama jika orang senang dengan jumlah waktu yang mereka miliki dan menikmati bagaimana mereka melewatkannya.

"Bagaimana Anda menghabiskan waktu luang sangat penting. Jika Anda menggunakan waktu luang secara produktif, itu bisa membuat Anda merasa terpenuhi," ujar dia.

Studi itu melihat waktu luang dari beberapa sudut. Pertama, para peneliti menganalisis data dari 21.736 orang Amerika yang berpartisipasi dalam Survei Penggunaan Waktu Amerika dari Biro Statistik Tenaga Kerja antara tahun 2012 dan 2013.

Para peserta tersebut memberikan laporan terperinci tentang apa yang mereka lakukan selama 24 jam sebelumnya dan melaporkan perasaan mereka. Analisis menunjukkan pada awalnya, perasaan sejahtera ikut bertambah.

Akan tetapi, kesejahteraan dan kebahagiaan mulai menurun sekitar dua jam kemudian. Dengan informasi ini, Sharif dan rekan-rekannya melakukan dua eksperimen.

Yang pertama, 2.250 peserta yang direkrut secara daring. Mereka secara acak ditugaskan untuk membayangkan memiliki sejumlah waktu luang, 15 menit sehari, tiga setengah jam per hari atau tujuh jam sehari selama setidaknya enam bulan. Lalu mereka diminta untuk melaporkan sejauh mana mereka akan mengalami kenikmatan, kebahagiaan, dan kepuasan.

Peserta di kelompok waktu luang rendah dan tinggi mengatakan, mereka membayangkan perasaan yang lebih buruk secara mental daripada mereka yang berada di kelompok waktu luang sedang. Mereka yang berada di kelompok waktu luang rendah mengatakan bahwa mereka akan mengantisipasi lebih banyak stres.

Sedangkan mereka yang berada di kelompok waktu luang tinggi mengatakan bahwa mereka akan merasa kurang produktif dibandingkan dengan mereka yang berada di kelompok sedang. Dalam percobaan kedua, para peneliti meminta 5.000 peserta lainnya untuk membayangkan memiliki tiga setengah atau tujuh jam waktu luang per hari dan melaporkan bagaimana perasaan mereka jika mereka menghabiskan waktu luang itu dalam kegiatan produktif atau tidak produktif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement