Senin 13 Sep 2021 10:31 WIB

'Tak Divaksin 11 Kali Lebih Mungkin Meninggal karena Covid'

Studi merekomendasikan agar semua orang memperoleh vaksin covid-19.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Dwi Murdaningsih
Tenaga kesehatan puskesmas Kecamatan Menteng menyuntikkan vaksin covid-19 kepada warga saat pelaksanaan vaksinasi Covid-19 dinamis wilayah Kecamatan Menteng di RW 01 Kelurahan Cikini, Menteng, Jakarta, Sabtu (11/9). Kegiatan vaksin dengan mendekatkan lokasi vaksinasi ke permukiman warga tersebut untuk mendukung langkah percepatan program vaksinasi Covid-19 di wilayah Jakarta.Prayogi/Republika.
Foto: Prayogi/Republika.
Tenaga kesehatan puskesmas Kecamatan Menteng menyuntikkan vaksin covid-19 kepada warga saat pelaksanaan vaksinasi Covid-19 dinamis wilayah Kecamatan Menteng di RW 01 Kelurahan Cikini, Menteng, Jakarta, Sabtu (11/9). Kegiatan vaksin dengan mendekatkan lokasi vaksinasi ke permukiman warga tersebut untuk mendukung langkah percepatan program vaksinasi Covid-19 di wilayah Jakarta.Prayogi/Republika.

REPUBLIKA.CO.ID, NEWYORK -- Studi baru oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menunjukkan bahwa orang yang tidak divaksinasi 11 kali lebih mungkin meninggal karena COVID-19 daripada orang yang divaksinasi. Studi ini merekomendasikan agar semua orang memperoleh vaksin COVID-19.

CDC juga menemukan untuk varian delta, maka yang tidak divaksinasi 4,5 kali lebih mungkin terinfeksi, 10 kali lebih mungkin dirawat di rumah sakit, dan 11 kali lebih mungkin meninggal. Studi ini dilakukan di 13 negara bagian dan memasukkan data dari lebih dari 600.000 kasus COVID sejak April. 

Baca Juga

Direktur CDC Rochelle Walensky mengatakan lebih dari 90 persen pasien rawat inap dengan COVID-19 tidak divaksinasi pada saat ini. Bahkan ada 10 kali jumlah orang yang tidak divaksinasi di rumah sakit untuk COVID-19 daripada orang yang divaksinasi. 

Dua penelitian lain menunjukkan bukti lebih lanjut bahwa efektivitas vaksin berkurang dari waktu ke waktu, terutama untuk orang dewasa lanjut usia. Data itu mendukung rekomendasi para ahli bahwa kebanyakan orang Amerika menerima suntikan booster untuk vaksin mRNA. Booster diharapkan akan tersedia mulai 20 September bagi banyak orang yang telah divaksinasi penuh setidaknya delapan bulan sebelumnya. 

"Kami memiliki alat ilmiah yang kami butuhkan untuk mengatasi pandemi ini. Vaksinasi berhasil dan akan melindungi kami dari komplikasi parah COVID-19," kata Walensky dilansir dari USA Today pada Senin (13/9).

Diketahui, Amerika Serikat telah mencatat lebih dari 40,8 juta kasus COVID-19 yang dikonfirmasi dan lebih dari 658.900 kematian menurut data Universitas Johns Hopkins. Dari data CDC, lebih dari 177,8 juta orang Amerika atau 53,6 persen dari populasi telah divaksinasi lengkap.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement