Senin 13 Sep 2021 10:02 WIB

Cerita Irham Andika, WNI Kuliah Astronomi di Jerman (2)

Irham Taufik Andika belajar banyak hal saat kualiah di Jerman,

Irham Taufik Andika
Foto: dokpri via DW
Irham Taufik Andika

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Irham Taufik Andika tertarik dengan berbagai hal yang bersifat luar angkasa. Alumnis S1 dan S2 astronomi ITB ini kini menimba ilmu astronomi di Jerman.

Ketika masih berkuliah S2 di ITB, dia mulai mencari lowongan dan tempat yang menjanjikan bagi seorang ahli astronomi untuk bisa mengembangkan diri. Jadi ketika selesai S2 Irham melamar ke beberapa tempat.

Baca Juga

Salah satu yang menerima adalah Jerman, tepatnya Universitas Heidelberg, tempat dia berkuliah S3 mulai 2018 hingga sekarang. Untuk berkuliah di Jerman, dia mendapat sokongan dari International Max Planck Research School .

Memakai teleskop bukan sekadar memakai teleskop

Berkaitan dengan soal teleskop, di situ jugalah letak tantangan terbesar yang ia hadapi untuk melaksanakan riset. Irham menjelaskan, dulu, ketika kuliah di ITB, dia tidak pernah menggunakan teleskop yang harus dia gunakan sekarang. Alhasil, untuk mengetahui sistem komputer yang digunakan teleskop besar, juga merupakan suatu tantangan.

Irham menceritakan, ketika baru tiga bulan dalam program Ph.D dia diberi tugas membuat proposal pengamatan, yang tentu menggunakan teleskop untuk mengumpulkan data. Untuk itu, dia antara lain dituntut membaca dokumentasi panjang, dan mengerti “coding” cara pengoperasian teleskop.

Teleskop yang harus ia gunakan tidak hanya satu, antara lain teleskop optik/inframerah-dekat seperti Very Large Telescope, Gemini North Telescope, dan Hubble Space Telescope beserta teleksop radio Atacama Large Millimeter/submillimeter Array. Sedangkan setiap teleskop punya buku panduan penggunaan berbeda-beda. Itu semua harus ia mengerti dalam waktu cepat.

Rumitnya lagi, di MPIA, walupun ada profesor pembimbing, bukan berarti sang profesor mengerti cara pengoperasian semua teleskop. Misalnya untuk mengoperasikan teleskop di Chile, dia harus mencari orang yang mampu terlebih dahulu.

“Kemudian ngobrol, kemudian minta diajarin. Tapi kalau ganti teleksop lagi, kita harus cari ahli yang lain lagi,” dijelaskan Irham.

sumber : DW
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement