Senin 13 Sep 2021 09:23 WIB

Taliban Umumkan Aturan Baru bagi Perempuan Bersekolah

Setiap perempuan di negara itu diizinkan untuk menempuh pendidikan.

Rep: Puti Almas/ Red: Agung Sasongko
 Bendera ikonik Taliban dilukis di dinding di luar kompleks kedutaan Amerika di Kabul, Afghanistan, Sabtu, 11 September 2021.
Foto: AP Photo/Bernat Armangue
Bendera ikonik Taliban dilukis di dinding di luar kompleks kedutaan Amerika di Kabul, Afghanistan, Sabtu, 11 September 2021.

IHRAM.CO.ID, KABUL -- Menteri Pendidikan Tinggi Afghanistan Abdul Baqi Haqqani mengatakan bahwa ada kemungkinan bahwa setiap perempuan di negara itu diizinkan untuk menempuh pendidikan dan bersekolah secara langsung. Namun, aturan terbaru yang diberlakukan adalah bahwa mereka harus  melakukannya di tempat berbeda dengan laki-laki. 

Hal tersebut mengartikan nantinya perempuan menempuh pendidikan di sekolah maupun universitas khusus untuk Kaum Hawa. Sebelumnya, dalam kepemimpinan Taliban pada 1996 hingga 2001, terdapat larangan bersekolah bagi perempuan, yang dianggap sebagai hal yang tidak menghormati hak asasi manusia, serta aturan-aturan ekstrem lainnya

Baca Juga

 

Namun, setelah kembali mengambil alih kepemimpinan Afghanistan, Taliban mengindikasikan wajah yang lebih moderat dalam pemerintahannya. Kelompok itu juga mengatakan tak akan melarang perempuan untuk bersekolah maupun bekerja, namun hingga saat ini meminta mereka yang tidak bekerja di sektor kesehatan untuk tidak pergi keluar hingga situasi keamanan membaik. 

 

Pengumuman mengenai kebijakan pendidikan datang setelah Taliban mengibarkan bendera di atas istana presiden, yang menandakan dimulainya pemerintahan mereka secara resmi. Sejak tidak memimpin Afghanistan, perempuan dan laki-laki dapat menempuh Pendidikan secara berdampingan, serta tidak ada aturan berpakaian secara khusus yang diberlakukan. 

Namun, Haqqani mengatakan tidak akan ada masalah karena Afghanistan dengan mayoritas penduduk Muslim pasti akan mudah menerimanya. Beberapa pihak cukup khawatir bahwa aturan baru pada akhirnya akan membuat perempuan tak dapat menempuh pendidikan karena sumber daya untuk menyediakan kelas atau sekolah terpisah mungkin tidak tersedia. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement