Ahad 12 Sep 2021 17:08 WIB

Cegah Varian Mu, Dokter: Ketatkan Prokes 5M

Pengurutan genom virus harus ditingkatkan untuk melacak keberadaan varian tertentu.

Masyarakat diminta tetap waspada dan menerapkan prokes 5 M dengan ketat agar tidak terjadi kasus impor varian Mu (ilustrasi).
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Masyarakat diminta tetap waspada dan menerapkan prokes 5 M dengan ketat agar tidak terjadi kasus impor varian Mu (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ini merebak varian baru Mu yang teridentifikasi pertama kali di Kolombia dan sudah menginfeksi di 50 negara termasuk China, Korea Selatan, dan Jepang. Bukan tidak mungkin varian tersebut nantinya ada di Indonesia.

"Bisa saja varian Mu ini masuk ke Indonesia," ujar praktisi kesehatan dan guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI), Prof Ari Fahrial Syam, dalam keterangan tertulisnya, Ahad (12/9).

Karena itu, kata dia, masyarakat perlu tetap meningkatkan kewaspadaan agar tidak terjadi kasus impor yang membawa virus Mu masuk ke Indonesia. Selain itu, pengurutan genom virus atau whole genom sequencing dinilainya harus makin ditingkatkan untuk melacak keberadaan varian tertentu pada sampel-sampel spesimen yang diperiksa.

Prof Ari mengatakan, protokol kesehatan (prokes) 5M tetap harus dijalankan dengan ketat. Tujuannya, untuk menjaga kondisi pengendalian kasus Covid-19 semakin baik di Tanah Air.

"Untuk menjaga agar kondisi saat ini terus membaik, berbagai pembatasan tetap harus dilakukan, prokes 5 M tetap harus dijalankan," kata Dekan FK UI itu.

Protokol kesehatan 5M itu meliputi memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas. Dia menjelaskan, saat ini jumlah kasus di Indonesia terus menurun, bahkan pada tempat dengan persentase jumlah yang divaksinasi pertama masih rendah kurang dari 20 persen, jumlah kasus baru juga rendah.

Menurut dia, kondisi tersebut terjadi karena memang pada sebagian daerah dengan capaian imunisasi di atas 70 persen sudah terjadi infeksi atau orang yang terinfeksi di daerah tersebut sudah lebih dari 70 persen populasi. Dia mengatakan, perlu pemeriksaan serologi bagi masyarakat yang belum divaksinasi untuk mengetahui apakah pernah terinfeksi atau tidak.

 

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement