Sabtu 11 Sep 2021 22:22 WIB

Sosiolog: Fenomena Revenge Travel Terjadi Setelah Mal Buka

Fenomena revenge travel diprediksi terjadi setelah mal dibuka.

Petugas membersihkan lantai saat hari pertama pembukaan mal di Beachwalk Shopping Center, Kuta, Badung, Bali, Rabu (8/9/2021). Pusat perbelanjaan atau mal di Bali mulai diizinkan beroperasi dengan kapasitas pengunjung 50 persen sampai dengan pukul 21.00 Wita, mewajibkan penggunaan aplikasi PeduliLindungi untuk seluruh karyawan dan pengunjung mal, serta tidak mengizinkan kelompok masyarakat risiko tinggi seperti wanita hamil, penduduk usia dibawah 12 tahun dan diatas 70 tahun untuk memasuki mal.
Foto: Antara/Fikri Yusuf
Petugas membersihkan lantai saat hari pertama pembukaan mal di Beachwalk Shopping Center, Kuta, Badung, Bali, Rabu (8/9/2021). Pusat perbelanjaan atau mal di Bali mulai diizinkan beroperasi dengan kapasitas pengunjung 50 persen sampai dengan pukul 21.00 Wita, mewajibkan penggunaan aplikasi PeduliLindungi untuk seluruh karyawan dan pengunjung mal, serta tidak mengizinkan kelompok masyarakat risiko tinggi seperti wanita hamil, penduduk usia dibawah 12 tahun dan diatas 70 tahun untuk memasuki mal.

IHRAM.CO.ID, JAKARTA --  Fenomena revenge travel atau peningkatan wisatawan diprediksi terjadi setelah dibukanya pusat perbelanjaan atau mal meski pengunjung dibatasi 50 persen dari kapasitas.

"Fenomena 'revenge travel' memang diprediksi terjadi dan dimaklumi mengingat masyarakat sudah lama terkungkung di rumah, terutama bagi generasi milenial," kata Sosiolog Universitas Udayana, Bali, Wahyu Budi Nugroho memprediksi saat dihubungi melalui telepon di Denpasar, Bali, Sabtu (11/9).

Baca Juga

Ia menjelaskan fenomena ini berawal ketika kegiatan rekreasi ini tergolong sebagai kebutuhan sekunder bahkan tersier, namun generasi milenial cenderung menempatkannya sebagai kebutuhan premier.

Hal ini karenafilsafat romantisme yang cukup memengaruhi generasi milenial, yaitu seolah keutuhan dan keparipurnaan diri hanya dapat diperoleh lewat melakukan sebanyak-banyaknya perjalanan, mengalami beragam pengalaman, serta menjumpai banyak orang dengan beragam latar belakang.

"Jadi tidak heran, generasi milenial lekat dengan aktivitas trevelling, bahkan berbagai penelitian turut menyebutkan jika mereka lebih memilih membelanjakan uangnya untuk travelling dibandingkan untuk membeli rumah," katanya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement