Ahad 12 Sep 2021 02:58 WIB

Iran dan IAEA akan Bertemu untuk Diskusi Kesepakatan Nuklir

Kedatangan IAEA ke Teheran diharapkan dapat meredakan kebuntuan pembicaraan nuklir

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Dalam foto file ini dirilis 16 Januari 2021, oleh Pengawal Revolusi Iran, sebuah rudal diluncurkan dalam sebuah latihan di Iran. Upaya awal pemerintahan Biden untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015 mendapat tanggapan awal yang dingin dari Teheran. Meskipun hanya sedikit yang mengharapkan terobosan di bulan pertama pemerintahan baru, garis keras Iran menunjukkan jalan yang sulit di depan.
Foto: AP/Iranian Revolutionary Guard/Sepa
Dalam foto file ini dirilis 16 Januari 2021, oleh Pengawal Revolusi Iran, sebuah rudal diluncurkan dalam sebuah latihan di Iran. Upaya awal pemerintahan Biden untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015 mendapat tanggapan awal yang dingin dari Teheran. Meskipun hanya sedikit yang mengharapkan terobosan di bulan pertama pemerintahan baru, garis keras Iran menunjukkan jalan yang sulit di depan.

REPUBLIKA.CO.ID, WINA -- Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi terbang ke Teheran akhir pekan ini untuk pembicaraan kesepakatan nuklir. Kedatangan IAEA ke Teheran diharapkan dapat meredakan kebuntuan pembicaraan nuklir antara Iran dan Barat.

Tiga diplomat yang mengikuti IAEA mengatakan perjalanan Grossi ke Teheran dilakukan sebelum pertemuan dewan gubernur IAEA pekan depan. Sementara dua diplomat lainnya mengatakan Grossi dijadwalkan tiba di Teheran pada Ahad (12/9) pagi. IAEA tidak bersedia memberikan komentar terkait kunjungan Grossi ke Teheran.

Baca Juga

Pembicaraan tidak langsung antara Amerika Serikat dan Iran tentang kesepakatan nuklir 2015 (JCPOA) telah dihentikan sejak Juni. Washington dan sekutu Eropa telah mendesak pemerintahan Presiden Ebrahim Raisi untuk kembali menghidupkan perundingan JCPOA. Di bawah kesepakatan JCPOA antara Iran dan negara-negara besar, Teheran menyetujui pembatasan kegiatan nuklir dengan imbalan pencabutan sanksi.

Pada 2018 mantan presiden Donald Trump menarik AS keluar dari JCPOA dan kembali menerapkan sanksi ekonomi terhadap Iran. Pada 2019, Iran menanggapi keputusan AS dengan melanggar batasan inti kesepakatan JCPOA seperti memperkaya uranium ke kemurnian yang lebih tinggi sehingga lebih dekat untuk digunakan dalam senjata nuklir.

Pihak-pihak Eropa yang terlibat dalam JCPOA yaitu Inggris, Prancis, dan Jerman mengadakan pertemuan dengan AS di Paris pada Jumat (10/9) untuk meninjau opsi jika Iran terus menunda negosiasi. Akan tetapi para diplomat mengatakan belum ada keputusan yang diambil.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement