Ahad 12 Sep 2021 00:25 WIB

Sering Terbangun di Malam Hari, Perempuan Rentan Mati Muda

Risiko mati muda akibat sering terjaga di malam hari dapat dikurangi.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Reiny Dwinanda
Perempuan terjaga dari tidur di malam hari (Ilustrasi).
Foto: Republika/Wihdan
Perempuan terjaga dari tidur di malam hari (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah penelitian menemukan bahwa perempuan yang bangun di malam hari memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk mati muda. Menurut dokter, mereka dapat mengurangi risikonya dengan memblokir suara dengan penyumbat telinga, mengobati dengkuran, atau menurunkan berat badan.

Dilansir laman The Sun, Sabtu (11/9), penelitian yang dipimpin oleh University of Adelaide, Australia ini menemukan sering terbangun malam ada kaitannya dengan gangguan kesehatan, terutama tekanan darah tinggi. Mereka menggunakan data dari tiga studi terpisah di mana peserta memakai monitor tidur selama satu malam tidur.

Baca Juga

Tiap peserta diberi skor persentase "beban gairah" alias arousal burden, yang menggabungkan seberapa sering mereka terbangun di malam hari, untuk berapa lama, dan dibandingkan dengan berapa lama mereka tidur secara total. Kemudian peserta ditindaklanjuti selama beberapa tahun, yang berkisar dari rata-rata enam tahun sampai 11 tahun.

Penulis utama studi Prof Mathias Baumert dan rekan menemukan bahwa jumlah perempuan yang terbangun di malam hari lebih sedikit daripada pria. Namun, dampaknya tampaknya lebih besar, terutama pada risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular, istilah umum yang mencakup kondisi yang memengaruhi jantung atau pembuluh darah, seperti strok atau serangan jantung.

Perempuan yang paling banyak terjaga di malam hari (6,5 persen dari waktu tidur malamnya) memiliki risiko antara 60 hingga 100 persen (dua kali lipat) lebih besar untuk meninggal akibat penyakit kardiovaskular daripada kaum Hawa yang tidur nyenyak di malam hari.

Risiko kematian mereka akibat penyakit kardiovaskular adalah 12,8 persen banding 6,7 persen. Risiko kematian dari semua penyebab juga meningkat antara 20 hingga 60 persen. Secara keseluruhan, meningkat dari 21 persen pada populasi umum wanita menjadi 31,5 persen.

Kejadiannya kurang signifikan pada pria, menurut temuan yang diterbitkan Selasa di European Heart Journal. Mereka yang paling banyak bangun memiliki risiko masing-masing 13,4 persen hingga 33,7 persen meninggal akibat penyakit kardiovaskular atau penyebab apa pun, dibandingkan dengan 9,6 persen perempuan dan 28 persen pria yang tidak sering bangun.

Rekan penulis Dominik Linz, profesor di departemen Kardiologi di Pusat Medis Universitas Maastricht (Belanda), mengatakan tidak jelas mengapa ada perbedaan antara pria dan wanita. Cara tubuh merespons saat dibangunkan di malam hari kemungkinan menjadi penyebabnya. Dia mengklaim menjadi lebih tua, lebih gemuk, dan lebih banyak mendengkur tidak membantu.

"Meskipun usia tidak dapat diubah, indeks massa tubuh (BMI) dan sleep apnea dapat dimodifikasi dan dapat mewakili target yang menarik untuk mengurangi beban gairah. Apakah ini akan diterjemahkan ke dalam risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular yang lebih rendah memerlukan studi lebih lanjut,” kata dia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement