Sabtu 11 Sep 2021 05:50 WIB

Olah Raga di Luar Ruangan Tetap Pakai Masker

Olah raga tanpa masker bergantung pada lingkungan serta kondisi tubuh.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Hiru Muhammad
Sejumlah Pekerja Migran Indonesia (PMI) berolahraga saat menjalani isolasi di Mess Karantina Kesehatan Pelabuhan di Perbatasan Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, Rabu (8/9/2021). Sebanyak 40 PMI yang terkonfirmasi COVID-19 setelah kembali dari Malaysia melalui Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong tersebut menjalani isolasi selama 15 hari di tempat itu dan diawasi oleh Satgas Penanganan COVID-19 bersama TNI.
Foto: Antara/Agus Alfian
Sejumlah Pekerja Migran Indonesia (PMI) berolahraga saat menjalani isolasi di Mess Karantina Kesehatan Pelabuhan di Perbatasan Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, Rabu (8/9/2021). Sebanyak 40 PMI yang terkonfirmasi COVID-19 setelah kembali dari Malaysia melalui Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong tersebut menjalani isolasi selama 15 hari di tempat itu dan diawasi oleh Satgas Penanganan COVID-19 bersama TNI.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Penularan Covid-19 di Tanah Air masih terjadi. Karena itu, Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Siti Chandra Widjanantie menyarankan masyarakat yang akan beraktivitas olahraga supaya tetap memakai masker, namun intensitasnya bisa dikurangi.

Sebenarnya,  kemungkinan olah raga tanpa masker bergantung pada lingkungan serta kondisi tubuh. Ia menjelaskan kalau perisai dari dalam sudah ada yaitu imunitas sedang baik dan tidak dalam kondisi lelah, kemudian sudah divaksin dosis lengkap maka dalam tubuh memiliki 'pasukan' yang cukup untuk menghadapi virus tersebut. "Sayangnya Covid-19 tidak bisa diwarnai, jadi tidak tahu udara yang dihirup mengandung Covid-19 atau tidak. Jadi, kalau keluar rumah sarannya tetap pakai masker," ujarnya saat di podcast Tanya Jawab IDI Bertema Apakah Olahraga Rutin Dapat Mencegah Penularan Covid-19?, Jumat (10/9).

Kendati demikian, ia menyadari masih ada orang yang berolahraga berpikir dirinya hanya sendirian atau udara yang dinilai bersih sehingga aman tanpa memakai penutup hidung dan mulut tersebut. Padahal, tak ada yang tahu udara di luar apakah bersih atau terkontaminasi virus tersebut. Jadi, cara paling aman dilindungi dengan memakai masker. Ia mengingatkan jangan sampai virus itu masuk tubuh karena tidak memakai masker. "Masyarakat diminta tetap waspada saat beraktivitas keluar rumah termasuk olahraga dengan tetap memakai masker," ujarnya.

Ia menjelaskan, kemampuan dan ketebalan masker yang dipakai masyarakat umum tidak seperti yang dipakai tenaga medis masker N95 yang proteksinya hingga 95 persen. Sedangkan masker bedah yang dipakai masyarakat kemungkinan hanya melindungi 30 persen. Terkait masyarakat khawatir memakai masker saat olahraga merasa pengap, ia menjelaskan itu sensori karena tidak biasa pakai masker.  "Karena biasanya terbuka kemudian ditutup. Jadi, sensorinya terganggu karena disentuh masker," katanya.

Jika sudah biasa, ia meyakini nantinya setelah pandemi, kemudian orang yang sudah biasa menggunakan kemudian tidak memakai masker pasti rasanya lain atau aneh. Namun, jika masih tak ingin memakai masker saat olahraga, ia menilai itu bisa dilakukan jika tinggal sendiri. Sebaliknya, jika masih tinggal dengan orang lain, ia khawatir bisa terjadi transmisi penyakit virus.

Membuka masker ibarat membuka pintu di tengah hutan yang tidak ada yang tahu apakah ada hewan buas seperti harimau, ular di luar. "Jadi, kalau tak menutup pintu kemudian kemasukan hewan-hewan itu maka jangan marah," ujarnya.

Kendati demikian, ia mengakui intensitas olahraga saat pandemi berbeda. Ia meminta kurangi saja intensitas olahraga di luar ruangan. Sebab, ia membandingkan biasanya kemasukan oksigen bebas sebelum pandemi kemudian kini olahraga yang memakai masker membuat napas agak tertahan."Efeknya jadi kadang-kadang sedikit lebih cepat lelah," katanya. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement