Sabtu 11 Sep 2021 05:05 WIB

Studi Harvard Ungkap Bahaya Kantor dengan Ventilasi Buruk

Kantor dengan ventilasi buruk berpengaruh pada penurunan kognitif pegawai.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Kantor dengan ventilasi buruk berpengaruh pada penurunan kognitif pegawai.
Foto: Dailymail
Kantor dengan ventilasi buruk berpengaruh pada penurunan kognitif pegawai.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penelitian baru dari Harvard telah menemukan korelasi antara kualitas udara di lingkungan kantor dan fungsi kognitif pekerja. Studi internasional menemukan tingkat ventilasi yang rendah dan peningkatan kadar partikel dikaitkan dengan penurunan kinerja pada tes kognitif.

Efek akut dari polusi udara dalam ruangan pada fungsi kognitif adalah area yang sangat sulit dipelajari, dan studi yang baru diterbitkan ini berangkat untuk mengeksplorasi hubungan itu. Lebih dari 300 subjek dari 40 gedung perkantoran di enam negara direkrut untuk studi.

Baca Juga

Setiap ruang kerja subjek dilengkapi dengan paket sensor lingkungan yang melacak tingkat PM2.5, CO2, suhu, dan kelembaban relatif secara real-time. Ketika sensor tersebut mengukur tingkat PM2.5 dan CO2 di bawah atau di atas ambang batas tertentu, aplikasi smartphone akan menginstruksikan peserta untuk melakukan dua tes kognitif singkat.

Secara umum, ketika tingkat PM2.5 dan CO2 di kantor meningkat, waktu respons pada kedua tes kognitif melambat. Satu tes khusus, yang disebut tes kata warna Stroop, dirancang untuk mengukur perhatian dan kontrol penghambatan. Pada tes itu, para peneliti mendeteksi penurunan akurasi karena tingkat PM2.5 dan CO2 meningkat.

“Studi ini juga mengonfirmasi bagaimana tingkat ventilasi yang rendah berdampak negatif pada fungsi kognitif. Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas udara dalam ruangan yang buruk mempengaruhi kesehatan dan produktivitas secara signifikan lebih dari yang kita pahami sebelumnya,” kata penulis utama, Jose Guillermo Cedeño Laurent.

Sementara itu, menurut penulis senior studi, Joseph Allen, kesadaran untuk membenahi kualitas udara dalam ruangan di perusahaan semakin tinggi. Apalagi sekarang pandemi Covid-19, dimana ruangan kerja harus memiliki ventilasi yang baik untuk menekan penyebaran virus.

“Dunia terfokus dengan tepat pada COVID-19, dan strategi seperti ventilasi dan filtrasi yang lebih baik adalah kunci untuk memperlambat penularan penyakit menular di dalam ruangan,” kata Allen seperti dilansir dari New Atlas, Jumat (10/9).

“Penelitian kami secara konsisten menemukan bahwa proposisi nilai dari strategi ini meluas ke fungsi kognitif dan produktivitas pekerja. Artinya bangunan sehat menjadi hal mendasar bagi kesehatan masyarakat dan strategi bisnis untuk bergerak maju,” tambah dia.

Ventilasi tempat kerja yang buruk dapat memengaruhi lebih dari sekadar fungsi kognitif atau penularan COVID-19. Pekan ini, tim peneliti Inggris mempresentasikan data baru dari sebuah penelitian yang menunjukkan sejumlah pekerja di ruang kantor yang berventilasi buruk menderita asma.

“Kami biasanya menganggap kantor sebagai lingkungan yang aman. Akibatnya, hanya ada sedikit penelitian tentang masalah ini. Namun, kami telah mendiagnosis peningkatan kasus asma akibat kerja pada pasien yang bekerja di lingkungan kantor, serta mendeteksi kelompok kasus di kantor tertentu,” kata Christopher Huntley, pemimpin studi asma di tempat kerja.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement