Sabtu 11 Sep 2021 01:48 WIB

BI: Modal Asing Masuk Rp 1,66 T di Pekan Kedua September

Sejak Januari, investor nonresiden tercatat beli neto hingga Rp 32,88 triliun.

Foto udara kawasan Jembatan Samota (Teluk Saleh, Pulau Moyo, Gunung Tambora) di Sumbawa Besar, Kabupaten Sumbawa, NTB, Jumat (3/9). Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing yang masuk ke pasar keuangan domestik pada pekan kedua atau periode 6-9 September 2021 mencapai Rp1,66 triliun.
Foto: Antara/Ahmad Subaidi
Foto udara kawasan Jembatan Samota (Teluk Saleh, Pulau Moyo, Gunung Tambora) di Sumbawa Besar, Kabupaten Sumbawa, NTB, Jumat (3/9). Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing yang masuk ke pasar keuangan domestik pada pekan kedua atau periode 6-9 September 2021 mencapai Rp1,66 triliun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing yang masuk ke pasar keuangan domestik pada pekan kedua atau periode 6-9 September 2021 mencapai Rp 1,66 triliun. Aliran modal asing yang masuk tersebut terdiri dari pembelian bersih (nett buy) di pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 810 miliar dan di pasar saham sebesar Rp 850 miliar.

"Berdasarkan data transaksi selama 6-9 September 2021, nonresiden di pasar keuangan domestik beli neto Rp 1,66 triliun," kata Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Jumat (10/9).

Dengan demikian, sejak Januari hingga pekan kedua September 2021 (year to date/ytd), investor nonresiden tercatat beli neto hingga Rp 32,88 triliun. Di sisi lain, indikator premi risiko yakni Credit Default Swap (CDS) Indonesia tenor 5 tahun naik ke level 67,09 basis poin (bps) per 9 September 2021 dari 66,33 bps per 3 September 2021.

Sedangkan nilai tukar rupiah pada Jumat pagi (10/9) dibuka pada level (bid) Rp 14.250 per dolar AS. Bank sentral mencatat posisi tersebut sama dengan posisi di Kamis (9/9) yaitu ditutup pada level (bid) Rp 14.250 per dolar AS.

Sementara itu, imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara tenor 10 tahun turun sedikit ke level 6,15 persen, Jumat (10/9), setelah pada Kamis (9/9) meningkat ke posisi 6,16 persen.

Erwin mengatakan BI akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk mengawasi secara cermat dinamika penyebaran COVID-19, dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu. "Serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan," kata Erwin.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement