Jumat 10 Sep 2021 01:21 WIB

'Islamic Empire', Ulasan Sejarah Islam Jurnalis Inggris

Jurnalis Inggris merilis buku Islamic Empire.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Agung Sasongko
Kota Baghdad pada masa Abbasiyah berbentuk bundar.
Foto: bbc.co.uk
Kota Baghdad pada masa Abbasiyah berbentuk bundar.

IHRAM.CO.ID, WASHINGTON -- Penulis Budaya dan Jurnalis Radio, Bilal Qureshi meresensi buku "Islamic Empires" yang ditulis oleh jurnalis Inggris Justin Marozzi. Buku ini disebut sebagai sejarah populer yang dapat diakses untuk memperkenalkan pembaca pada sapuan kaleidoskopik dari 16 abad sejarah Islam.

"Pendekatan penulis untuk subjek yang luas ini adalah untuk menceritakan kisah-kisah dari 15 kota, dari Makkah abad ke-6 hingga Dubai abad ke-21, yang berdiri di setiap abad dari kelahiran Islam hingga akhirnya menyebar ke Timur Tengah, Afrika Utara, dan Asia. Ini adalah proyek mulia untuk menerangi peradaban yang luar biasa disalahpahami ini di era ketika umat Islam muncul di feed berita dalam cerita perang, penindasan dan kefanatikan," kata Qureshi dilansir dari laman Washington Post pada Kamis (9/9).

Baca Juga

Penulis disebut terinspirasi oleh penjelajah Yunani, sejarawan dan penulis perjalanan Herodotus. Marozzi menyelam ke halaman beraroma melati di Damaskus dan perpustakaan Abbasiyah Baghdad. Dia berjalan melalui istana ubin biru Samarkand di Uzbekistan modern saat dia menceritakan kemenangan Tamerlane, dan berlayar di Bosporus untuk menciptakan kembali pengepungan brutal Konstantinopel oleh pasukan Ottoman pada 1453.

Sebanyak 15 kota dirangkum dalam 20 halaman rapi yang dibuka dengan peta sejarah dan anekdot pribadi. Narasinya disebut cenderung mengikuti pola siklus, pendakian yang ditentukan oleh kosmopolitanisme, inklusi dan multikulturalisme yang akhirnya memberi jalan pada kebrutalan, barbarisme, dan pemenggalan kepala.

"Kebesaran Dar al Islam, yang pernah ditulis di seluruh dunia dalam kekuatan dan kemegahan kekaisaran, dengan kota-kota yang mengalahkan dunia seperti Baghdad, Damaskus, Cordoba, Fez, Kairo, Samarkand, Isfahan dan Istanbul pada intinya, jauh lebih sulit untuk dilihat pada awal abad ke-21," tulisnya

"Aturan pembagian dan ketidakteraturan. Konflik dan pertumpahan darah, ketidakstabilan, kemiskinan, bahkan bencana kemanusiaan di negara-negara seperti Yaman, Suriah dan Irak, telah menjadi hal yang mengerikan. Dari satu ujung Timur Tengah dan Afrika Utara ke ujung lainnya, fitnah yang kejam, wabah perpecahan dan perselisihan, telah meletus lagi," tulisanya

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement