Kamis 09 Sep 2021 16:44 WIB

Eks Dubes: Taliban Berkuasa, Peta Geopolitik Berubah

Rahmani menuduh mantan pemerintahan Afghanistan yang didukung AS telah gagal.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Tentara Taliban berpose untuk foto di provinsi Panjshir timur laut Afghanistan, Rabu, 8 September 2021
Foto: AP/Mohammad Asif Khan
Tentara Taliban berpose untuk foto di provinsi Panjshir timur laut Afghanistan, Rabu, 8 September 2021

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Mantan Duta Besar Afghanistan untuk Amerika Serikat (AS) Roya Rahmani, memperingatkan, kebangkitan Taliban akan memiliki konsekuensi geopolitik yang luas.

Rahmani menuduh mantan pemerintahan Afghanistan yang didukung AS, telah gagal memimpin negara.

Baca Juga

 

“Saya sebagai orang Afghanistan, tidak terkejut dengan fakta bahwa Taliban dengan cepat dapat mengambil alih Afghanistan, karena kurangnya kepemimpinan oleh pemerintah Afghanistan pada saat itu,” ujar Rahmani.

Rahmani memperingatkan, pergeseran geopolitik akan berdampak pada Amerika Serikat dan sekutunya. Pakistan sebagai sekutu AS yang dekat dengan Taliban, akan mendapatkan pengaruh geopolitik ketika berurusan dengan Washington.

“Saya percaya bahwa Amerika Serikat akan menghadapi Pakistan yang baru,” kata Rahmani, sambil memperingatkan bahwa pengambilalihan Taliban akan memiliki efek riak di India, China, Turki dan sekitarnya.

Korupsi

Rahmani mengatakan, korupsi yang meluas selama pemerintahan mantan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani membuat Taliban dengan mudah mengambil alih negara. Secara khusus Rahmani mengatakan, keputusan Ghani meninggalkan Afghanistan pada 15 Agustus sangat mengecewakan dan memalukan.

"Bukan kesalahan pasukan Afghanistan, jika mereka tidak mau berjuang untuk kebebasan mereka dan untuk perlindungan rakyat mereka. Itu adalah kesalahan kepemimpinan yang korup. Pada dasarnya mereka menyerahkan negara kepada Taliban,” ujar Rahmani.

Rahmani meninggalkan jabatannya sebagai duta besar untuk Amerika Serikat setelah hampir tiga tahun menjabat. Selama penempatannya, dia berurusan dengan berbagai kasus yang diyakini bermotif politik atas proyek pembangunan kedutaan. Rahmani membantah melakukan kesalahan. Selain itu, pengadilan anti-korupsi tidak menemukan bukti yang cukup. "Saya mengundang badan investigasi untuk melihat semua dokumen," kata Rahmani.

Para ahli mengatakan, korupsi telah mengikis kepercayaan rakyat Afghanistan pada pemerintah yang didukung AS. Bahkan, beberapa warga Afghanistan berubah haluan menjadi bagian dari kelompok Taliban.

Sebelumnya Presiden AS Joe Biden mengakui, dia dan pejabat lainnya menyadari risiko bahwa pemerintah Afghanistan akan runtuh setelah penarikan pasukan militer AS. Namun  mereka lengah oleh kecepatan Taliban menguasai provinsi dan distrik penting di Afghanistan. Mereka juga mengakui kesalahan perhitungan yang menyebabkan pengangkutan udara dan evakuasi oleh militer AS menjadi kacau.

Dalam pidatonya bulan lalu, Biden menuduh pasukan Afghanistan tidak memiliki keinginan untuk berjuang demi masa depan negara mereka.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement