Kamis 09 Sep 2021 07:03 WIB

Kredit Bank Jago Tumbuh 695 Persen 

Pertumbuhan kredit mengerek pendapatan bunga sebesar 289 persen secara tahunan.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Seorang pengunjung melintas di depan logo Bank Jago, Kamis (15/4). Hingga akhir Juni 2021, Bank Jago telah menyalurkan kredit Rp 2,17 triliun, tumbuh 695 persen dari posisi yang sama tahun lalu.
Foto: Republika/Idealisa masyrafina
Seorang pengunjung melintas di depan logo Bank Jago, Kamis (15/4). Hingga akhir Juni 2021, Bank Jago telah menyalurkan kredit Rp 2,17 triliun, tumbuh 695 persen dari posisi yang sama tahun lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Jago Tbk (Bank Jago) berhasil meningkatkan penyaluran kredit. Hingga akhir Juni 2021, Bank Jago telah menyalurkan kredit Rp 2,17 triliun, tumbuh 695 persen dari posisi yang sama tahun lalu. 

Jika dihitung secara kuartalan, penyaluran kredit Bank Jago meningkat 68 persen. Sedangkan dari posisi akhir Desember 2020 (year to date/ytd), penyaluran kredit Bank Jago melesat 139 persen.

Direktur Utama Bank Jago, Kharim Siregar, mengakui dari sisi nominal penyaluran kredit perseroan memang belum besar. Sebabnya, Bank jago baru memulai ekspansi setelah rights issue II pada April 2021. 

"Namun demikian, kami tetap bersyukur, selama pandemi, kami masih bisa mengoptimalkan fungsi intermediasi dengan tetap menjaga prinsip kehati hatian," kata Kharim, Rabu (8/9).

Kharim mengatakan, dalam menyalurkan kredit Bank Jago mengutamakan prinsip kehati-hatian yang tercermin dari rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) di level nol persen. Dengan NPL sangat rendah, Bank Jago tidak perlu membentuk pencadangan dalam jumlah besar sehingga mampu menekan biaya kredit (cost of credit).

Pertumbuhan kredit mengerek pendapatan bunga sebesar 289 persen secara tahunan. Dengan beban bunga yang hanya meningkat 46 persen, perseroan mampu membukukan kenaikan pendapatan bunga bersih sebesar 423 persen menjadi Rp139 miliar. 

Hal tersebut berdampak pada penurunan rasio cost to income dari 289 persen pada Semester I 2020 menjadi 129 persen pada Semester I 2021. Kondisi ini turut mendongkrak rasio net interest margin (NIM) dari 4,1 persen menjadi 5 persen pada kurun yang sama.

Sebagai bank berbasis teknologi yang tengah berkembang, perseroan terus mengalokasikan belanja modal untuk investasi IT, pengembangan aplikasi dan rekruitmen talenta baru. Hal ini membuat biaya operasional (operating expense) meningkat 135 persen menjadi Rp183 miliar.

Kenaikan biaya operasional ini berdampak ke perolehan laba periode semester I 2021 yang masih membukukan rugi bersih Rp 47 miliar. 

"Jadi, kinerja kami belum positif karena faktor investasi. Kami menilai hal tersebut sebagai sesuatu yang wajar dan masih sejalan dengan perencanaan awal. Investasi ini tentu akan bisa dinikmati hasilnya di masa mendatang," kata Kharim.

Kharim menjelaskan, jika dihitung secara kuartalan, kinerja Bank Jago sejatinya semakin membaik. Pada kuartal I 2021, Jago membukukan kerugian Rp 38 miliar. Dengan kenaikan kredit dan penempatan dana lebih dari hasil rights issue di instrumen produktif lainnya, kerugian dapat diperkecil menjadi Rp 9 miliar pada kuartal II 2021. 

"Data tersebut menunjukkan bahwa kinerja bank ini terus membaik dan semakin solid,” kata Kharim.

Dari sisi aset, terdapat kenaikan yang signifikan sebesar 491 persen dari Rp 1,7 triliun menjadi Rp 10 triliun. Adapun ekuitas meningkat 538 persen dari Rp 1,3 triliun menjadi Rp 8,1 triliun. Dari sisi perolehan dana pihak ketiga (DPK) juga mengalami pertumbuhan 326 persen menjadi Rp 1,73 triliun yang mencerminkan tingginya kepercayaan publik terhadap bisnis model Bank Jago.

"Berbagai indikator keuangan menunjukkan Jago memiliki fundamental yang sangat kuat dan mampu menopang target untuk tumbuh secara berkelanjutan," tutup Kharim.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement