Rabu 08 Sep 2021 16:21 WIB

Kemensos Data Ada 25 Ribu Anak Yatim Terdampak Covid-19

Provinsi Jawa Barat menjadi penyumbang terbanyak anak yatim karena Covid-19.

Rep: Febryan A/ Red: Agus raharjo
Dirjen Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial Harry Hikmat.
Foto: Dok. Kem
Dirjen Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial Harry Hikmat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Sosial (Kemensos) telah mendata 25.202 anak yatim, piatu, ataupun yatim dan piatu akibat orang tuanya meninggal karena Covid-19. Jumlah anak terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Barat.

Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Kemensos, Harry Hikmat, mengatakan, data dikumpulkan dari pemerintah kota/kabupaten. Proses pendataan dimulai usai Mensos Tri Rismaharini mengirim surat kepada wali kota/bupati seluruh Indonesia pada 9 Agustus lalu.

Per 7 September, kata Harry, sudah terdata 25.202 anak yatim akibat orang tuanya meninggal karena Covid-19. Anak yatim piatu itu tersebar di seluruh provinsi. Terbanyak ada di Provinsi Jawa Barat dengan 9.639 anak, lalu Jawa Tengah dengan 9.293 anak, dan DKI Jakarta 2.178 anak. Paling sedikit di Papua Barat dengan tiga anak.

"Ini baru yang terlaporkan, teridentifikasi. Data ini belum menggambarkan populasi. Boleh jadi, populasi anak yatim itu lebih besar dari pada yang dilaporkan," kata Harry dalam sebuah webinar, Rabu (8/9).

Harry mengatakan, data itu juga masih dinamis. Sebab, data terbaru terus masuk dari berbagai kota/kabupaten setiap hari. Pada Rabu (8/9) misalnya, pihaknya menerima data dari tiga kabupaten dan akan segera diolah.

Kemensos mengaku ada sejumlah kendala dalam proses pendataan. Salah satunya, ketika pemerintah kabupaten memberikan data yang tidak lengkap. Hanya memberikan data berisikan nama dan alamat anak. Tak ada nomor Kartu Keluarga (KK), nama dan NIK ibu kandung, ataupun nama dan NIK walinya.

"Ya itulah tantangan dalam data dan verifikasi data. Kalau alamat cukup jelas, petugas bisa cek langsung keberadaan anak dan kebenaran status orang tua (meninggal karena Covid-19)," kata Harry.

Dia menambahkan, data ini sangat penting untuk memastikan bantuan pemerintah bagi anak yatim bisa tepat sasaran. Bantuan nantinya akan diberikan berupa sosial (bansos) dan rehabilitasi sosial.

Khusus untuk bansos, imbuh Harry, pihaknya merencanakan besarannya Rp 200 ribu per bulan untuk setiap anak yatim piatu yang sudah sekolah, selama empat bulan. Artinya masing-masing akan menerima Rp 800 ribu hingga akhir tahun ini. Sedangkan untuk anak yatim piatu yang belum sekolah, bansos diberikan senilai Rp 300 ribu per bulan selama empat bulan juga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement