Rabu 08 Sep 2021 05:04 WIB

Tanpa Nuklir, Korsel Sukses Kembangkan Teknologi Rudal SLBM

Perlombaan senjata di Semenanjung Korea memasuki babak baru

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
Korsel Kembangkan Senjata Rudal
Korsel Kembangkan Senjata Rudal

Korea Selatan berhasil mengembangkan teknologi senjata rudal balistik yang diluncurkan melalui kapal selam (Submarine-Launched Ballistic Missile—SLBM) dalam laporan kantor berita Yonhap, Selasa (7/9). Korsel pun menjadi negara pertama di dunia tanpa senjata nuklir yang berhasil mengembangkan teknologi tersebut.

Yonhap mengutip pernyataan salah seorang sumber dari pihak militer bahwa kapal selam seberat 3.000 ton jenis baru Dosan Ahn Chang-ho yang memiliki enam ruang luncur vertikal telah berhasil meluncurkan rudal bawah laut pekan lalu, setelah serangkaian tes serupa dilakukan melalui tongkang bawah laut bulan lalu.

Rudal balistik tanpa nuklir

Teknologi senjata SLBM sebelumnya telah dikembangkan oleh tujuh negara lainnya, termasuk Amerika Serikat, Rusia, Cina, Inggris, Prancis, India, dan Korea Utara. Semua negara itu juga memiliki arsenal senjata nuklir yang biasa disematkan pada hulu ledak SLBM.

Yonhap melaporkan, SLBM dengan hulu ledak konvensional milik Korsel ini diberi kode nama Hyunmoo 4-4 dan diyakini sebagai varian baru rudal balistik Hyunmoo-2B dengan jangkauan mencapai sekitar 500 kilometer.

Tidak lain, pengembangan teknologi rudal balistik ini ditujukan untuk meningkatkan pertahanan terhadap ancaman nuklir Korea Utara.

Militer mandiri Korea Selatan

Pengembangan SLBM ini ditujukan untuk menarget bunker dan terowongan yang memiliki pertahanan tinggi di Korea Utara. Selain itu, Korsel juga berharap dapat mengurangi ketergantungan militer pada AS yang memiliki ribuan pasukan di Semenanjung Korea.

Kementerian Pertahanan Korea Selatan sebelumnya juga mengeluarkan cetak biru pertahanan tahun 2022-2026 yang menyebut negara itu sedang berupaya mengembangkan rudal jenis baru "dengan peningkatan kemampuan penghancur yang signifikan.”

Seoul pun telah mengajukan kepada parlemen (6/9) anggaran sebesar 1.5 triliun won (sekitar 18,4 triliun rupiah) untuk program riset dan pengembangan tekonologi militer tahun depan. Jika disetujui, hal ini menunjukkan adanya peningkatan alokasi anggaran penelitian sebesar 76 persen dalam Defense Acquisition Program Administration, yang ditujukan untuk "mengembangkan secara aktif tekonologi masa depan dan mutakhir.”

Baik Korsel maupun Korut menyatakan pengembangan teknologi semacam ini merupakan bentuk peningkatan kemampuan militer masing-masing.

Perlombaan senjata Korea Utara

Korea Utara diketahui turut mengembangkan SLBM jenis baru dan terlihat tengah membangun kapal selam yang dirancang untuk dapat membawa rudal balistik tersebut dalam beberapa tahun terakhir.

Pyongyang sudah sejak lama mengembangkan teknologi SLBM dan sempat memamerkan empat SLBM di antaranya dalam parade militer bulan Januari yang dihadiri langsung oleh Kim Jong Un. Kantor berita Korut KCNA menyebut SLBM yang dikembangkan Korut sebagai "senjata paling kuat di dunia.”

Meski demikian, sejumlah analis menganggap SLBM Korut belum bisa menandingi rudal yang dikembangkan Korsel. Pasalnya, sejumlah foto yang dirilis Korut tahun 2019 tentang peluncuran rudal balistik bawah laut dinilai menunjukkan peluncuran yang dilakukan melalui platform statis tongkang bawah laut, bukan kapal selam.

Namun, Kim Jong Un telah melaporkan kepada kongres Partai Pekerja bulan Januari lalu bahwa Korea Utara berhasil menyelesaikan konsep kapal selam bertenaga nuklir.

Para analis pun beranggapan jika Korut memiliki kemampuan semacam itu, meski diragukan akan dapat terealisasi dalam beberapa tahun mendatang, diperkirakan bisa merubah dinamika pertahanan di Semenanjung Korea karena Pyongyang pada akhirnya memiliki kemampuan melancarkan serangan kejut bawah laut di saat pasukan darat telah dihancurkan.

th/hp (Reuters, AFP)

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement