Selasa 07 Sep 2021 17:26 WIB

Pemerintah Disindir Fokus Isu Taliban Ketimbang Berantas KKB

Pemerintah dinilai tidak tegas menumpas KKB yang selama ini melakukan teror nyata.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Ilham Tirta
 Seorang tentara Taliban di Afghanistan.
Foto: AP/Wali Sabawoon
Seorang tentara Taliban di Afghanistan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat terorisme dari Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya mengkritisi pemerintah yang fokus mengkaji dampak kemenangan Taliban di Afghanistan bagi Indonesia. Alih-alih mengkaji hal yang jauh, ia meminta supaya pemerintah fokus memberantas kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Papua.

Kamis (2/9) subuh, KKB menyerang Pos Koramil Maybrat, Papua Barat. Empat anggota TNI gugur dengan luka senjata tajam. "KKB yang sudah dilabeli teroris makin beringas, korban sipil dan TNI banyak berjatuhan. Sayangnya, para petinggi terkesan sibuk dengan isu Taliban dan dampaknya bagi keamanan Indonesia," kata Harits dalam keterangannya kepada Republika.co.id, Selasa (7/9).

Harits menyatakan, KKB sudah menunjukkan bahaya aktual kepada masyarakat dan pemerintah. Ia menilai aksi tersebut tidak mendapat tindakan yang tegas.

"Kemana Densus 88 yang ahli dalam menghadapi kelompok teroris? KKB jelas punya jaringan dalam dan luar negeri, punya sayap militer, punya motif politik ingin memerdekakan Papua, telah berulang kali menebar teror dengan korban tewas dari masyarakat sipil sampai aparat TNI dan Polri," ujar Harits.

Harits membandingkan dengan penumpasan kelompok sipil pelaku teror di Poso yang digelar operasi berjilid-jilid dengan pengerahan ribuan aparat polisi dan TNI. Ia memantau dengan sisa buron sekitar 6 orang saja, aparat yang diterjunkan tidak berkurang, bahkan melibatkan pasukan khusus dari TNI.

"Bagaimana dengan teroris KKB di Papua? Ini ancaman faktual dan nyata bukan ancaman asumtif lagi," ucap Harits.

Harits menanti komitmen pemerintah memberantas KKB guna mewujudkan NKRI harta mati. Ia tak ingin pemerintah malah berkutat soal isu radikal yang justru mengarah pada kelompok Islam saja.

"Para pemangku kebijakan dan para pemerhati isu keamanan juga masih pada orgasme pemikiran dengan isu radikal radikul," sebut Harits.

Harits mengajak pemerintah berpikir jernih soal ancaman KKB bagi kedaulatan bangsa. "Seolah semua menjadi tidak sehat cara berpikirnya dalam mengkaji soal ancaman aktual dan ancaman potensial. Sehingga produk kebijakannya sering blunder," singgung Harits.

Penyerangan Koramil Maybrat diduga dilakukan 30-an orang dengan senjata api dan senjata tajam. Empat korban yang tewas adalah Serda Amrosius, Praka Dirham, Pratu Zul Ansari, dan Lettu Chb Dirman. Dua personel militer lainnya mengalami luka parah.

Saat ini, TNI masih terus melakukan pengejaran terhadap para pelaku yang melakukan penyerangan. Sejauh ini, baru dua terduga pelaku yang dinyatakan sudah ditangkap.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement