Senin 06 Sep 2021 11:15 WIB

Taliban Wajibkan Mahasiswi Pakai Niqab dan Abaya 

Meski Taliban izinkan perempuan sekolah tetapi aturan busana tetap ketat

Rep: Mabruroh/ Red: Nashih Nashrullah
Meski Taliban izinkan perempuan sekolah tetapi aturan busana tetap ketat. Kaum perempuan mulai bersekolah lagi di Kabul usai Taliban berkuasa di Afghansitan.
Foto: Al Jazeera
Meski Taliban izinkan perempuan sekolah tetapi aturan busana tetap ketat. Kaum perempuan mulai bersekolah lagi di Kabul usai Taliban berkuasa di Afghansitan.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL – Penguasa Taliban mulai menunjukkan aturan baru mereka dengan mewajibkan mahasiswi yang kuliah di universitas swasta di Afghanistan harus mengenakan jubah abaya dan niqab yang menutupi sebagian besar wajah. 

Penguasa Taliban juga memerintahkan agar kelas perempuan dan laki-laki dipisah atau setidaknya diberikan pembatas dengan tirai. 

Baca Juga

Dalam dokumen panjang yang dikeluarkan otoritas pendidikan Taliban, mereka juga memerintahkan agar siswa perempuan hanya diajar oleh perempuan lain. 

Tetapi jika hal itu tidak memungkinkan maka laki-laki tua yang berkarakter baik diizinkan menjadi pengajar bagi siswa perempuan. 

Dekrit itu berlaku untuk perguruan tinggi dan universitas swasta, yang telah menjamur sejak pemerintahan pertama Taliban berakhir pada 2001. 

Baca juga : Taliban Tahan Empat Pesawat Evakuasi

Sejak itu, anak perempuan dan perempuan dewasa sebagian besar dikeluarkan dari pendidikan, karena terbentur dengan aturan tentang kelas sesama jenis dan desakan bahwa mereka harus ditemani mahram setiap kali mereka meninggalkan rumah. 

Tidak ada perintah bagi wanita untuk mengenakan burqa dalam peraturan baru yang dikeluarkan Sabtu malam, tetapi niqab secara efektif menutupi sebagian besar wajah, hanya menyisakan mata yang terbuka. 

Dalam beberapa tahun terakhir, burqa dan niqab sebagian besar telah menghilang dari jalan-jalan Kabul, tetapi terlihat lebih sering di kota-kota kecil. Keputusan tersebut muncul saat universitas swasta bersiap untuk dibuka pada Senin. 

"Universitas diharuskan merekrut guru perempuan untuk siswa perempuan berdasarkan fasilitas mereka," kata keputusan itu, menambahkan bahwa laki-laki dan perempuan harus menggunakan pintu masuk dan keluar yang terpisah. 

Jika tidak mungkin mempekerjakan guru perempuan, maka perguruan tinggi "harus mencoba mempekerjakan guru laki-laki tua yang memiliki catatan perilaku yang baik".

Baca juga : Putra Pemimpin Muammar Qaddafi Dibebaskan dari Penjara

Sementara perempuan sekarang harus belajar secara terpisah, mereka juga harus mengakhiri pelajaran mereka lima menit lebih awal dari laki-laki untuk menghentikan mereka berbaur di luar. 

Mereka kemudian harus tinggal di ruang tunggu sampai rekan laki-laki mereka meninggalkan gedung, menurut dekrit yang dikeluarkan oleh kementerian pendidikan tinggi Taliban. 

“Dalam praktiknya, ini adalah rencana yang sulit, kami tidak memiliki cukup instruktur atau kelas perempuan untuk memisahkan para gadis,” kata seorang profesor universitas, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya. 

"Tetapi fakta bahwa mereka mengizinkan anak perempuan bersekolah dan universitas adalah langkah positif yang besar," katanya dilansir dari Ahram Online, Senin (6/9). 

Para penguasa baru Afghanistan telah berjanji untuk lebih akomodatif daripada selama tugas pertama mereka berkuasa. Mereka telah menjanjikan pemerintahan yang lebih "inklusif" yang mewakili susunan etnis Afghanistan yang kompleks, meskipun perempuan tidak mungkin dimasukkan di tingkat atas. 

Selama 20 tahun terakhir, sejak Taliban berkuasa terakhir, tingkat penerimaan universitas telah meningkat secara dramatis, terutama di kalangan perempuan. 

Baca juga : Kominfo Mutakhirkan aplikasi PeduliLindungi

Sebelum Taliban menguasi ibu kota, perempuan belajar bersama laki-laki dan menghadiri seminar dengan profesor laki-laki. Tetapi serentetan serangan mematikan di pusat-pusat pendidikan dalam beberapa tahun terakhir memicu kepanikan. 

Taliban membantah berada di balik serangan itu, beberapa di antaranya diklaim cabang lokal kelompok ISIS.

 

 

Sumber: ahram

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement