Ahad 05 Sep 2021 21:06 WIB

BMH Salurkan Bantuan Untuk Anak Yatim Korban Covid-19

Selain bantuan sembako, BMH  juga akan menyalurkan beasiswa dan pendampingan.

BMH Perwakilan DI Yogyakarta menyalurkan bantuan kepada anak yatim dan piatu korban Covid-19.
Foto: Dok BMH
BMH Perwakilan DI Yogyakarta menyalurkan bantuan kepada anak yatim dan piatu korban Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Lembaga Amil Zakat Nasional Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Perwakilan DI  Yogyakarta menyalurkan bantuan untuk anak-anak yatim piatu yang ditinggal wafat oleh orang tuanya karena terkena virus Covid-19. Bantuan tersebut diserahkan pada Jumat  (3/9).

Penyaluran program oleh lembaga yang berkantor di Jalan Kaliurang KM 11,5 Sleman tersebut berupa pembagian sembako.

“Pada Jumat (3/9)  kami menyalurkan program Muharram Bangkit. Program ini kami khususkan untuk mereka,  anak yatim piatu yang orang tuanya meninggal karena Covid-19,” ungkap Kadiv Program BMH DI Yogyakarta Syai’in Kodir dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Selain bantuan sembako, BMH  juga akan menyalurkan beasiswa dan pendampingan. “Dalam waktu dekat kami juga menyalurkan beasiswa, pembinaan dan pendampingan. Juga pembinaan ekonomi untuk ibunya jika mereka dari keluarga kurang mampu,” katanya.

Guna menghindari adanya kerumunan warga, dalam penyaluran kali ini, tim BMH mengantarkan langsung ke rumah calon penerima manfaat.

“Untuk teknis penyalurannya kami langsung blusukan mendatangi rumah-rumah mereka dengan bermodalkan data yang sudah kami pegang dan sudah terverifikasi. Data yang masuk hampir merata, mulai Sleman, Kota Jogja, Bantul, Kulonprogo dan Gunungkidul,” imbuhnya.

Sementara itu Rina Dwi Asturi selaku ibu dari Muhammad Daffa Rizki dan Elmyra Shanum sangat terharu dengan kedatangan tim BMH Yogyakarta.

Ia langsung bercerita tentang aktivitasnya setelah kepergian suami yang meninggal karena Covid-19.

“Terima kasih atas bantuan yang diberikan. Saya memiliki dua anak masih kecil-kecil. Yang besar tahun depan baru mau masuk SMP,  sedangkan sedang adiknya saat ini belum masuk SD. Mereka ditinggal ayahnya untuk selamanya. Bagi saya terasa berat sekali dan prosesnya terasa sangat cepat ia meninggalkan kami,” tutur Rina sambil menahan air matanya.

Rina,  sapaan akrabnya melanjutkan, dirinya belum terbayangkan bagaimana caranya untuk membesarkan putra-putrinya ke  depan, terlebih berkaitan dengan pendidikannya.

“Saya sekarang tinggal bersama orang tua. Sekarang saya harus berpikir dan bekerja keras untuk bagaimana caranya membesarkan anak-anak terutama memikirkan pendidikannya,” tutupnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement